Contohnya, merasa takut kehilangan momentum rally kenaikan harga temporer ketika investor lain ramai-ramai memamerkan portofolionya, lalu dengan buru-buru ikut membeli saham tersebut tanpa mempelajari pergerakan trennya.
Contoh lain, saat pandemi COVID-19 melanda empat tahun lalu, BEI mencatatkan lonjakan jumlah investor baru yang sangat signifikan, utamanya di kalangan generasi milenial. Ini dipengaruhi oleh keterbukaan informasi yang tumpah ruah.
Sehingga risikonya adalah banyak investor pemula yang sebenarnya masih bingung dalam memilih saham, masih membutuhkan waktu untuk mempelajari pasar modal dan investasi, akhirnya mengikuti tren tanpa melakukan analisa. Masuk pasar tanpa persiapan.
Mengikuti hasrat FOMO dapat berdampak negatif pada diri sendiri. Seseorang bisa mengambil keputusan impulsif yang pada akhirnya merugikan portofolionya sendiri.
Bagaimana cara agar terhindar dari FOMO investasi? Berikut ini adalah tips dari Kementerian Keuangan yang patut dipertimbangan: