2. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang dicanangkan oleh bank sentral dapat memengaruhi harga obligasi, terutama jika kebijakan tersebut mengarah pada peningkatan atau penurunan suku bunga acuan. Lagi-lagi, ini akan memengaruhi ekspekasi investor terhadap suku bunga acuan.
3. Inflasi
Laju inflasi juga dapat memengaruhi harga obligasi, karena saat inflasi naik bank sentral biasanya akan menerapkan kebijakan untuk pengendalian inflasi, termasuk di antaranya menaikkan suku bunga acuan.
4. Tingkat Return Instrumen Lain
Tingkat return instrumen investasi lain juga dapat memengaruhi harga obligasi. Misalnya ketika pasar saham sedang uptren, investor akan mengalihkan modalnya ke saham untuk mengejar keuntungan dari tren pasar yang tengah positif.
Sebaliknya, harga saham juga dapat dipengaruhi oleh tingkat return yang ditawarkan obligasi. Sebagai contoh, saat government bond yang diterbitkan pemerintah AS naik, investor melepas kepemilikan sahamnya untuk dialihkan sementara ke obligasi.
5. Kondisi Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian politik, dan kondisi pasar, atau kondisi perekonomian secara keseluruhan dapat memengaruhi harga obligasi. Saat kondisi perekonomian bergejolak, biasanya investor akan mengalihkan modalnya ke instrumen investasi yang aman dan stabil seperti obligasi untuk melindungi nilai aset.