Sementara itu, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau turun 74% pada akhir 2023. Kemudian produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau turun 77%.
Hingga akhir 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92% dengan meliputi Jepang 17%; Korea Selatan 13%; Belanda 11%; India 9%; Taiwan 9% dan Amerika Serikat 8%.
Kasus Korupsi
Kabar teranyar, Kejagung telah melakukan pemeriksaan terhadap dua pejabat tinggi PT Timah Tbk dalam kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah 2015 hingga 2022.
Kapuspenkum Kejagung RI, Ketut Sumedana mengatakan dua orang yang diperiksa itu berinisial RA selaku General Manager dan RA selaku Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk. Dia menyampaikan pemeriksaan itu dilakukan melalui tim penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) pada Selasa (2/4/2024).
Sebagai informasi, Kejagung telah menetapkan 16 tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata niaga timah di IUP PT Timah Tbk. Mulai dari Direktur Utama (Dirut) PT Timah Tbk 2016-2021, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani (MRPT) hingga Harvey Moeis sebagai perpanjangan tangan dari PT Refined Bangka Tin (RBT).
Selain Harvey Moeis, yang merupakan suami dari artis Sandra Dewi kasus korupsi tersebut juga menyeret crazy rich Pantai Indah Kapuk (PIK), Helena Lim.
Kini, Kejagung menggandeng ahli keuangan negara untuk menghitung keuntungan masing-masing pelaku dugaan korupsi Timah. Pasalnya, disinyalir kerugian negara akibat dugaan korupsi ini mencapai Rp271 triliun.
Kasus ini bermula saat sejumlah tersangka dalam kasus ini melakukan pertemuan dengan eks petinggi TINS untuk melakukan penambangan pada 2018.
Petinggi PT Timah itu, yakni Riza Pahlevi dan Emil Emindra, diduga mengakomodir pertambangan timah ilegal. Dari pertemuan tersebut telah membuahkan hasil kerja sama antara PT Timah dan sejumlah perusahaan dengan sewa-menyewa peralatan untuk proses peleburan.
Dengan demikian, untuk membuat biji timah ilegal seolah-olah legal, sejumlah swasta bekerja sama dengan PT Timah untuk penerbitan surat perintah kerja (SPK).
Selain itu, tersangka penyelanggara negara ini juga diduga melegalkan kegiatan perusahaan boneka menambang timah dengan cara menerbitkan Surat Perintah Kerja Borongan Pengangkutan Sisa Hasil Pengolahan (SHP) mineral timah.
Kemudian, untuk memasok kebutuhan bijih timah itu telah disepakati menunjuk tujuh perusahaan boneka mulai dari CV BJA, CV RTP, CV BLA, CV BSP, CV SJP, CV BPR, dan CV SMS.
Hasil tambang ilegal tersebut kemudian dijual lagi ke PT Timah Tbk. Dalam catatan Kejagung, PT Timah telah mengeluarkan dana Rp1,72 triliun untuk membeli bijih timah.
Sementara itu, untuk proses pelogamannya, PT Timah Tbk telah menggelontorkan biaya sebesar Rp975,5 juta dari 2019 hingga 2022. Kejagung menduga korupsi itu disinyalir terjadi dalam kurun periode 2015 sampai dengan 2022.
Prospek Timah di 2024
Melansir International Tin Association, tahun ini menjadi tahun yang penuh tantangan bagi PT Timah yang mengakibatkan penurunan produksi sebesar 23 persen, sedangkan Malaysia Smelting Corporation justru mencatatkan peningkatan.
Pada 2023 terjadi pertumbuhan produksi yang moderat dari produsen China, yakni Yunnan Chengfeng dan Guangxi China Tin, yang masing-masing menempati posisi ketiga dan keenam.
Total produksi timah di China juga turun 1,3 persen menjadi 177 ribu ton pada 2023.
Pasokan sekunder global juga meningkat sebesar 7,5 persen pada tahun 2023, pulih dari penurunan 6,6 persen pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan produksi timah olahan sekunder terbagi rata antara Eropa dan China
“Di samping sulitnya iklim ekonomi makro yang berdampak pada permintaan, penurunan produksi timah global menghasilkan surplus pasar sebesar 9.700 ton,” tulis International Tin Association.
Pemulihan permintaan yang diharapkan dan gangguan pasokan yang sedang berlangsung terutama di Negara Bagian Wa (negara dengan pemerintahan otonom di Myanmar) dan Indonesia dapat menyebabkan terbatasnya pasokan pada tahun 2024.
“Kami mengantisipasi pembalikan stok yang signifikan seperti yang terjadi pada tahun 2023,” lanjut laporan International Tin Association.
Informasi saja, per 3 April 2024, harga komoditas timah berjangka (futures) berada di level USD28.395 per ton, masih di bawah dari level tertinggi dalam delapan bulan sebesar USD28.700 per ton yang dicapai pada 18 Maret lalu di tengah berkurangnya kekhawatiran akan ketatnya pasokan.
Futures timah sudah melesat 5,82 persen secara bulanan dan melonjak 13,60 persen dalam setahun belakangan. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.