IDXChannel – Kendati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rebound, investor asing kembali angkat kaki dari bursa saham domestik hari ini, Selasa (5/7/2022). Asing tampaknya masih menakar sentimen inflasi dan kaitannya dengan kebijakan suku bunga ala Bank Indonesia (BI) serta pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik 0,97% ke 6.703,26 dengan nilai transaksi Rp11,33 triliun dan volume perdagangan 20,17 miliar saham.
Sebanyak 385 saham naik, 163 turun, dan 139 saham stagnan.
Dengan ini, IHSG memutus tren penurunan selama 6 hari beruntun yang terjadi pada 27 Juni sampai Senin kemarin (4/7).
Asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) mencapai Rp455,38 miliar di pasar reguler. Ini adalah kali ketiga belas beruntun asing melego saham-saham RI atau sejak 17 Juni lalu. (Lihat tabel di bawah ini.)
Dalam sepekan, asing membukukan net sell Rp2,00 triliun dan dalam sebulan mencapai Rp6,57 triliun di pasar reguler.
Sementara, sejak awal tahun (ytd), asing masih membukukan pembelian bersih (net buy) Rp51,33 triliun.
Saham emiten PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak dilego asing, mencapai Rp312 miliar di pasar reguler. Kendati demikian, harga saham BBRI ditutup naik 1,24%.
Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga membukukan net sell Rp76,9 miliar dan Rp62,6 miliar.
Tidak seperti hari sebelumnya, kali ini asing mencatatkan net buy di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai Rp37,9 miliar di pasar reguler. Saham BBCA naik 2,84% hari ini.
Sebagai informasi, BBRI dan BBCA adalah penguasa IHSG, dengan kapitalisasi pasar alias market cap terjumbo. BBRI memiliki market cap Rp619,88 triliun terbesar kedua, sedangkan BBCA mencapai Rp893,74 triliun di peringkat pertama.
Ada 'Hantu' Inflasi
Tone global yang cenderung negatif soal kenaikan suku bunga di tengah inflasi yang meninggi di negara-negara utama--yang pada gilirannya memicu potensi stagflasi (inflasi tinggi dibarengi perlambatan ekonomi)--masih menghantui mood investor untuk berinvestasi di aset berisiko macam saham.
Inflasi RI yang meninggi sejak 2017 juga turut menjadi perhatian investor.
Pada Jumat, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, bulan Juni 2022 terjadi inflasi tertinggi (year to year) sebesar 4,35% terhitung sejak Juni 2017.
Angka inflasi tahunan RI per Juni lebih tinggi dari konsensus ekonom yang dikutip dari Tradingeconomics yang memproyeksikan kenaikan inflasi ke angka 4,17%.
Rupiah Dekati Rp15.000/USD
Nilai tukar rupiah sore ini melemah 22 poin di level Rp 14.993 atas dolar Amerika Serikat (USD).
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan salah satu faktor pemicu melemahnya mata uang garuda ini, dipicu oleh sinyal kebijakan baru dari Bank Indonesia (BI) dalam menyikapi perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan mempengaruhi kondisi dalam negeri.
"Ke depan, BI akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik. Serta, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas makroekonomi, stabilitas keuangan, termasuk penyesuaian lebih lanjut stance kebijakan bila diperlukan," ujar Ibrahim dalam rilis hariannya, Selasa (5/7/2022).
Menurut dia, faktor pendorong lainnya yakni neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus pada 2021, didukung oleh perbaikan terms of trade seiring kenaikan harga komoditas, dan kembali mencatatkan surplus pada triwulan I-2022.
"Transaksi berjalan diperkirakan akan kembali defisit pada 2022 pada kisaran yang terkendali, sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia," ungkap Ibrahim.
Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyebut, pelemahan kurs rupiah juga akan mendorong percepatan kenaikan suku bunga acuan.
"BI perlu segera menaikkan 25-50 bps suku bunga acuannya untuk menahan aliran modal keluar. Tapi, menaikkan suku bunga juga akan berimbas kepada pelaku usaha korporasi, UMKM maupun konsumen. Cicilan KPR dan kendaraan bermotor bisa lebih mahal," jelas Bhima, di Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Dengan kata lain, investor kini masih menunggu arah kebijakan Bank Indonesia (BI) selanjutnya terkait suku bunga acuan di tengah inflasi RI yang meninggi. (ADF)