sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Asing Cabut Lagi 13 Hari Beruntun, Dihantui Inflasi dan Pelemahan Rupiah?

Market news editor Aldo Fernando - Riset
05/07/2022 17:50 WIB
Asing tampaknya masih menakar sentimen inflasi dan kaitannya dengan kebijakan suku bunga ala Bank Indonesia (BI) serta pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Asing Cabut Lagi 13 Hari Beruntun, Dihantui Inflasi dan Pelemahan Rupiah? (Foto: MNC Media)
Asing Cabut Lagi 13 Hari Beruntun, Dihantui Inflasi dan Pelemahan Rupiah? (Foto: MNC Media)

Rupiah Dekati Rp15.000/USD

Nilai tukar rupiah sore ini melemah 22 poin di level Rp 14.993 atas dolar Amerika Serikat (USD). 

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan salah satu faktor pemicu melemahnya mata uang garuda ini, dipicu oleh sinyal kebijakan baru dari Bank Indonesia (BI) dalam menyikapi perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan mempengaruhi kondisi dalam negeri.

"Ke depan, BI akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik. Serta, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas makroekonomi, stabilitas keuangan, termasuk penyesuaian lebih lanjut stance kebijakan bila diperlukan," ujar Ibrahim dalam rilis hariannya, Selasa (5/7/2022).

Menurut dia, faktor pendorong lainnya yakni neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus pada 2021, didukung oleh perbaikan terms of trade seiring kenaikan harga komoditas, dan kembali mencatatkan surplus pada triwulan I-2022.

"Transaksi berjalan diperkirakan akan kembali defisit pada 2022 pada kisaran yang terkendali, sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia," ungkap Ibrahim.

Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyebut, pelemahan kurs rupiah juga akan mendorong percepatan kenaikan suku bunga acuan. 

"BI perlu segera menaikkan 25-50 bps suku bunga acuannya untuk menahan aliran modal keluar. Tapi, menaikkan suku bunga juga akan berimbas kepada pelaku usaha korporasi, UMKM maupun konsumen. Cicilan KPR dan kendaraan bermotor bisa lebih mahal,"  jelas Bhima, di Jakarta, Selasa (5/7/2022).

Dengan kata lain, investor kini masih menunggu arah kebijakan Bank Indonesia (BI) selanjutnya terkait suku bunga acuan di tengah inflasi RI yang meninggi. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement