sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Asing Jadi ‘Obat Kuat’, Saham Big Four Bank Menggeliat

Market news editor Melati Kristina - Riset
15/08/2022 07:00 WIB
Saham big four perbankan Tanah Air mengalami kenaikan seiring investor asing mencatatkan pembelian bersih atawa net buy di pasar reguler sepanjang pekan ini.
Asing Jadi ‘Obat Kuat’, Saham Big Four Bank Menggeliat. (Foto: MNC Media)
Asing Jadi ‘Obat Kuat’, Saham Big Four Bank Menggeliat. (Foto: MNC Media)

Keuangan The Big Four Perbankan Masih Apik Seiring Kepercayaan Asing

Selama semester I-2022, kinerja keuangan emiten bank kakap Tanah Air mencatatkan pertumbuhan yang baik. Adapun BMRI menjadi emiten bank yang pertumbuhan pendapatan bunga bersihnya paling unggul dibanding emiten lainnya, yakni mencapai 18,99 persen.

Sedangkan pendapatan bersih emiten ini di semester I-2022 mencapai Rp41,83 triliun. Melesatnya pendapatan bersih BMRI disumbang oleh naiknya pendapatan bunga maupun pendapatan syariah dari emiten ini.

Laporan keuangan BMRI mencatat, tumbuhnya pendapatan bunga emiten ini berasal dari meningkatnya pendapatan kredit yang diberikan yang berkontribusi 71,84 persen terhadap segmen tersebut.

Adapun pendapatan kredit yang diberikan pada semester pertama tahun ini mencapai Rp32,48 triliun. Sementara sektor lain yang mengalami kenaikan secara year on year (yoy) yaitu obligasi pemerintah dan pendapatan pembiayaan konsumen.

Kedua segmen ini menyumbang pendapatan bunga masing-masing sebesar Rp8,036 triliun dan Rp2,32 triliun.

Di samping itu, segmen pendapatan syariah juga ikut berkontribusi bagi pendapatan BMRI. Dari segmen tersebut, pendapatan yang bertumbuh di semester I-2022 yakni pendapatan keuntungan murabahah dan istishna.

Berdasarkan laporan keuangan BMRI, pendapatan keuntungan murabahah dan istishna menyumbang Rp5,49 triliun terhadap total pendapatan.

Selain BMRI, emiten big caps perbankan lainnya juga mengalami pertumbuhan pendapatan bunga bersih. Emiten tersebut yakni BBRI yang melesat 17,56 persen menjadi Rp64,61 triliun dan BBCA yang tumbuh 5,49 persen menjadi Rp29,67 triliun.

Terakhir, BBNI yang masih mampu mencatatkan kenaikan pendapatan bunga bersih meskipun hanya sebesar 0,93 persen, yang mana menjadi pertumbuhan terendah di antara emiten big four perbankan.

Sedangkan pendapatan bunga bersih yang diperoleh emiten ini di semester I tahun ini yakni sebesar Rp25,53 triliun.(Lihat grafik di bawah ini.)

Tak hanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih, emiten bank terbesar di Tanah Air ini juga mengalami peningkatan laba bersih yang signifikan di semester I-2022.

Menurut laporan keuangan emiten, BBRI mencatatkan pertumbuhan bunga bersih yang paling ‘moncer’ di antara emiten  big caps lainnya. Adapun BBRI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp24,79 triliun atau melambung hingga 98,72 persen secara yoy.

Melesatnya pendapatan bersih BBRI salah satunya disumbang oleh sektor pendapatan murabahah dari pendapatan syariah yang meroket hingga 27.120,46 persen secara yoy.

Di semester I-2021, pendapatan segmen ini hanya sebesar Rp11,78 miliar kemudian melejit menjadi Rp3,21 triliun di semester I tahun ini.

Selain pendapatan syariah yang bertumbuh pesat di semester ini, pendapatan bunga juga berkontribusi bagi meningkatnya pendapatan BBRI.

Adapun dari segmen ini yang mengalami pertumbuhan signifikan yakni interbank call money (Rp280,82 miliar) dan deposit facility/term deposit (Rp196 miliar).

Menyusul BBRI, laba bersih emiten bank lainnya juga melesat di semester I-2022. BBNI berada di posisi kedua dengan laba bersih yang naik hingga 75,13 persen menjadi Rp8,80 triliun.

Dua emiten lainnya yaitu BMRI dan BBCA juga ikut mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan masing-masing sebesar 61,66 persen dan 12,23 persen.

Sementara laba bersih yang dibukukan BMRI di semester I-2022 sebesar Rp20,21 triliun sedangkan BBCA mencapai Rp15,07 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)

Selain mencatatkan kinerja keuangan yang apik selama semester I-2022, emiten big four perbankan tersebut juga menyimpan dana pihak ketiga (DPK) yang besar. Asal tahu saja, DPK sektor perbankan berasal dari deposito, giro, dan tabungan.

Di antara keempat emiten bank tersebut, BBRI memiliki DPK yang jumbo yakni mencapai Rp1.136,98 triliun di semester I-2022. Menyusul BBRI, DPK BBCA juga mencatatkan DPK yang besar yaitu Rp1.000,86 triliun.

Sementara kedua bank lainnya yakni BMRI dan BBNI memiliki DPK masing-masing sebesar Rp297,90 triliiun dan Rp595,18 triliun di semester pertama tahun ini.

Dilihat dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) pada semester I-2022, tercatat emiten-emiten bank ini masih dalam kisaran level normal. BMRI menjadi yang paling unggul dengan NPL neto paling rendah yakni sebesar 0,33 persen.

Sementara baik BBCA maupun BBNI, NPL netonya masing-masing berada di level 0,69 persen dan 0,58 persen. Walaupun menjadi yang tertinggi di antara emiten-emiten bank lainnya, NPL neto BBRI masih tergolong sehat di angka 0,87 persen.

Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata rasio NPL industri per April 2022 berada di angka 3 persen.

Untuk margin bunga bersih atau net interest margin tiga emiten big four perbankan Tanah Air masih berada di atas rata-rata industri. OJK mencatat, NIM rata-rata industri per April 2022 sebesar 4,72 persen.

Adapun emiten tersebut adalah BBCA, BBRI, dan BMRI. Menurut laporan emiten, NIM BBCA pada semester I-2022 mencapai 4,98 persen.

Sementara BBRI, NIM nya di periode ini tumbuh menjadi 7,35 persen dimana naik dibanding periode yang sama tahun lalu yakni 7,02 persen. Sama seperti BBRI, BMRI juga mengalami kenaikan margin bunga bersih di semester I-2022.

NIM dari BMRI terpantau naik dari 4,63 persen di semester I-2021 menjadi 5,06 persen di semester I tahun ini.

Melihat pertumbuhan saham disertai kinerja keuangan yang baik pada sektor perbankan, riset Mirae Asset Sekuritas memberikan peringkat overweight di sektor ini.

Adapun dalam riset yang bertajuk “Banking 2H22 Outlook: Staying Resilient Amidst Uncertainties”, yang dirilis pada 14 Juli lalu, Mirae memberikan rekomendasi bank teratas yakni BBRI, BMRI, dan BBCA.

“Kami percaya emiten bank akan membaik seiring profitabilitas yang akan terus berlanjut walaupun memang ada tantangan dalam perekonomian domestik,” tulis analis Mirae, Handiman Soetoyo dan Rizkia Darmawan, Kamis (14/7).

Dalam riset tersebut turut disebutkan, risiko yang kemungkinan terjadi yakni pembatasan mobilitas lainnya, meningkatkan inflasi, pertumbuhan kredit yang melambat, serta memburuknya kualitas aset.

Berbeda dengan Mirae, riset UOB KayHian yang bertajuk “Regional Morning Notes” pada 7 Juli 2022, memberi rating market weight terhadap sektor perbankan Tanah Air.

Melihat kinerja perbankan seperti BBRI dan BMRI yang solid sepanjang semester I-2022, analis UOB memberikan rekomendasi bank teratas yakni BMRI, BBRI, dan BBNI.

“Kami menambahkan BBRI ke dalam pilihan teratas kami menyusul BMRI dan BBNI seiring dengan kinerja keuangan emiten yang menguat di semester I-2022,” ujar analis UOB KayHian, Posmrito Pakpahan, Kamis (7/7). (ADF)

Periset: Melati Kristina

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement