Langkah ini ditujukan untuk menggenjot kapasitas angkut batu bara dan menurunkan biaya logistik per ton.
Selain itu, ARII mengandalkan pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) guna menekan penggunaan bahan bakar solar yang dinilai lebih mahal.
Joko menuturkan sejumlah tantangan yang dihadapi mulai dari cuaca, kenaikan harga minyak, hingga kewajiban pemakaian solar B40.
Dari sisi infrastruktur, Atlas juga menyiapkan kapasitas hauling melalui PT Musi Mitra Jaya sebesar 12,5 juta ton, dan pelabuhan pengapalan melalui PT Sriwijaya Bara Logistic dengan kapasitas hingga 15 juta ton.
“Kami fokus untuk efisiensi operasional, melihat harga batu bara saat ini,” kata dia.
(Febrina Ratna Iskana)