IDXChannel - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan awal pekan, Senin (11/9/2023).
Menurut data Investing.com, indeks yang melacak sejumlah mata uang tersebut melemah 0,28 persen di level 104,8 pada pukul 09.12 WIB.
Indeks dolar pada pekan lalu sempat menikmati kenaikan delapan minggu berturut-turut dan yang terpanjang sejak 2014 pada 7 September lalu. Posisi dolar juga sempat hampir menyentuh level 105. (Lihat grafik di bawah ini.)
Namun, data ekonomi AS yang kuat pekan lalu sempat membuat beberapa investor khawatir bank sentral The Federal Reserve (The Fed) tidak mengubah kebijakan suku bunga bulan ini, serta bisa tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan.
Investor kini tengah menunggu pembacaan Indeks Harga Konsumen AS untuk Agustus, yang akan dirilis pada Rabu (13/9) mendatang.
"Dolar menguat karena data AS yang jelas lebih kuat. Ini menunjukkan bahwa The Fed mungkin akan menaikkan suku bunga lagi sebelum akhir tahun ini," kata Quincy Krosby, kepala strategi global di LPL.
Pasar juga tengah menantikan apakah negara dengan ekonomi terbesar dunia ini memang berada di jalur yang tepat untuk melakukan soft landing.
Soft landing adalah kondisi terkendalinya inflasi tanpa menyebabkan resesi. Soft landing tampaknya semakin masuk akal karena kondisi di AS di mana upah masih terpantau tetap tinggi, angka pengangguran rendah, dan perekonomian masih tumbuh. The Fed juga tidak lagi memproyeksikan AS akan memasuki resesi dalam waktu dekat.
Sementara dolar bersama dengan imbal hasil Treasury AS, telah melonjak minggu lalu setelah serangkaian data ekonomi yang kuat menambah spekulasi bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut dari The Fed mungkin akan segera terjadi.
Imbal hasil US-Treasury 10 Tahun berada di level 4,26 persen per 8 September, lebih tinggi dibandingkan 3,29 persen pada tahun lalu. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata jangka panjang sebesar 4,25%. Tingkat Treasury 10 Tahun adalah hasil yang diterima untuk berinvestasi pada surat berharga yang diterbitkan pemerintah AS yang memiliki jangka waktu 10 tahun.
Pada awal pekan, imbal hasil obligasi AS 10 tahun ini naik 0,04 persen di level 4,30 persen pada hari ini.
“Perekonomian global secara keseluruhan tidak mengalami booming, namun juga tidak berada di ambang resesi, dan AS tampaknya menjadi yang terbaik di antara negara-negara besar lainnya,” kata Alvin Tan, kepala strategi FX Asia di RBC Capital Markets.