sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Awal Pekan, Dolar Melemah Jelang Rilis Data Inflasi AS

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
11/09/2023 09:57 WIB
Indeks dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan awal pekan, Senin (11/9/2023).
Awal Pekan, Dolar Melemah Jelang Rilis Data Inflasi AS. (Foto: MNC Media)
Awal Pekan, Dolar Melemah Jelang Rilis Data Inflasi AS. (Foto: MNC Media)

Yen dan Yuan Jeblok, Euro Menguat

Di pasar keuangan Asia, Yen juga melemah 0,77 persen di level 146,66 pada perdagangan awal pekan.

Sebelumnya, yen sempat menguat karena komentar dari Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda yang memicu harapan bahwa Jepang dapat segera memasuki era baru dari suku bunga negatif.

Mata uang Jepang sempat naik hampir 0,8 persen dan menyentuh level tertinggi di level 146,66 per dolar. Komentar Ueda pada akhir pekan mengisyaratkan bahwa bank sentral dapat mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya ketika mencapai target inflasi 2 persen sudah di depan mata.

Ueda mengatakan kepada surat kabar Yomiuri dalam sebuah wawancara bahwa BOJ mungkin memiliki cukup data pada akhir tahun untuk menentukan apakah mereka dapat mengakhiri suku bunga negatif.

Yen berada di bawah tekanan besar terhadap dolar sepanjang tahun ini sebagai akibat dari meningkatnya perbedaan suku bunga dengan AS.

Hal ini terjadi sejak The Fed memulai siklus kenaikan suku bunga yang agresif tahun lalu sementara BOJ tetap bersikap dovish.

“Ueda sedang meletakkan dasar untuk keluar dari suku bunga negatif, dan dia memberikan banyak pemberitahuan,” kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.

Di zona Eropa, greenback juga melemah terhadap euro dan poundsterling.

Euro naik 0,21 persen menjadi USD1,07213, setelah mengakhiri pekan lalu dengan penurunan delapan minggu berturut-turut. Sementara poundsterling naik 0,26 perse menjadi USD1,2496.

Dolar Australia yang sensitif terhadap pergerakan indeks USD menguat 0,58 persen di level USD0,64122 dan dolar Selandia Baru menguat 0,51 persen di level USD0,59092.

Sementara yuan China harus melemah melampaui 7,35 per dolar, mencapai level terendah dalam hampir satu tahun setelah data menunjukkan bahwa surplus perdagangan China menyempit pada Agustus.

Penurunan ekspor China ini karena melemahnya permintaan eksternal, sementara impor juga mengalami penurunan di tengah lemahnya konsumsi domestik.

Namun, baik ekspor maupun impor turun lebih kecil dari perkiraan bulan lalu seiring normalisasi operasional pelabuhan dan serangkaian langkah dukungan dari Beijing untuk memacu konsumsi.

Data sebelumnya juga menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor jasa China melambat ke level terendah dalam delapan bulan pada Agustus, meskipun aktivitas manufaktur secara tak terduga meningkat.

Sementara itu, People’s Bank of China (PBOC) menurunkan rasio persyaratan cadangan devisa sebesar 200 basis poin menjadi 4 persen mulai tanggal 15 September.

Ini menjadi penurunan pertama tahun ini karena bertujuan untuk membendung penurunan yuan lebih lanjut dan membantu pemulihan ekonomi yang melemah. Investor sekarang juga menantikan angka inflasi China untuk memandu prospek mata uang ini lebih lanjut. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement