“Jadi kita mengajak 25 orang ibu-ibu. Kita berdayakan, kita ajak sama-sama mengelola sampah, yang tadinya sampah itu bau dan tidak bernilai, justru kini bisa jadi pemasukan buat mereka,” paparnya.
Tak hanya pengolahan sampah menjadi duit, program ini juga melatih warga untuk membudidayakan ‘maggot’ atau belatung pengurai sampah, juga pupuk yang diaplikasikan kepada sektor pertanian setempat.
Diversifikasi bisnis rumah tangga ini selain menguntungkan kesejahteraan ekonomi juga mendukung lingkungan yang sehat, karena dapat berkontribusi dalam keberlangsungan hidup masyarakat sektor pertanian dan peternakan.
“Hasil peternakan, pertanian kita bagi rata lagi sama kelompok. Nah sekarang kita lagi pengembangan budidaya magot. Ini berhasil dan semakin cepat perputaran ekonominya,” tandasnya.
Sebagai catatan berkat kesuksesan ini, Desa Tanak Awu pernah menjadi percontohan oleh Bupati Lombok Tengah dalam program pengelolaan sampah hasil kolaborasi warga sekitar dengan PT Pertamina Patra Niaga DPPU BIL.