“Dengan adanya pemangkasan suku bunga, permintaan kredit akan berangsur meningkat. Salah satu yang dapat terimbas positif adalah kredit konsumsi mengingat ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga,” ujar Abdul Azis.
Ia juga menambahkan, bank-bank yang memiliki eksposur terhadap kredit konsumsi dapat memanfaatkan momentum penurunan suku bunga. Jika dibandingkan dengan kredit modal kerja dan kredit investasi, imbal hasil (yield) kredit konsumsi lebih tinggi.
“Memang secara karakteristik risiko kredit konsumsi juga berbeda dengan kredit produktif. Namun bank-bank yang memiliki ekosistem konsumen dengan pendapatan yang relatif stabil diharapkan dapat mengelola risiko dengan lebih baik,” kata dia.
Dalam kasus ini, BWS juga dinilai memiliki keunggulan dari sisi basis nasabah, karena terkoneksi dengan para pegawai baik di sektor swasta maupun pemerintahan. Bank ini bahkan dikenal kuat di segmen pembiayaan pensiunan.
Bank dengan total aset Rp59,6 triliun per September 2025 tersebut menawarkan produk pinjaman untuk pegawai bernama KUPEG. Untuk pegawai swasta, plafon pinjamannya berkisar antara Rp1 juta hingga Rp150 juta, dengan suku bunga bersaing dan tenor maksimal 72 bulan.