IDXChannel - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan laba USD84,70 juta atau Rp1,24 triliun di kuartal I 2023. Angka itu naik 1,49% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD83,46 juta.
Di samping itu, pendapatan usaha ADMR tercatat sebesar USD238,24 juta atau Rp3,50 triliun di kuartal I 2023, naik 30,80% dari sebelumnya sebesar USD182,14 juta.
Secara rinci, penjualan batu bara perseroan kepada pihak berelasi tercatat sebesar USD143,17 juta atau Rp2,10 triliun. Kemudian, penjualan batu bara kepada pihak ketiga sebesar USD94,50 juta atau Rp1,38 triliun, serta pendapatan jasa lainnya sebesar USD570.641 atau Rp8,38 miliar.
“Kami terus berfokus pada operasi dan mempertahankan keunggulan operasional. Periode ini memberikan awal yang baik bagi produksi, dan kinerja pemasaran yang baik turut mendorong peningkatan volume penjualan,” kata Presiden Direktur ADMR, Christian Ariano Rachmat dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (4/5/2023).
Hingga Maret 2023, ADMR mencatatkan volume produksi sebesar 1,22 juta ton, atau naik 97% dari sebelumnya sebesar 0,62 juta ton. Sementara itu, volume penjualan perseroan juga naik 44% menjadi 0,85 juta ton dari sebelumnya sebesar 0,59 juta ton.
Dari sisi pengeluaran, beban pokok pendapatan perseroan tercatat sebesar USD103,60 juta atau Rp1,52 triliun, naik 63% dari sebelumnya sebesar USD63,46 juta.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan biaya penambangan, biaya pemrosesan batu bara, biaya pengiriman dan penanganan, serta biaya royalti karena kenaikan volume produksi dan penjualan.
Kemudian, beban usaha ADMR juga mengalami membengkak menjadi USD21,67 juta atau Rp318,40 miliar, dari sebelumnya sebesar USD5,27 juta. Naiknya beban usaha perseroan utamanya disebabkan oleh kenaikan signifikan pada penyisihan untuk biaya pemerintah.
Hingga akhir Maret 2023, total nilai aset ADMR tercatat sebesar USD1,34 miliar atau Rp19,74 triliun, naik 4,45% dari akhir Desember tahun lalu yang sebesar USD1,28 miliar. Adapun, liabilitas perseroan tercatat sebesar USD664,32 juta dan ekuitas sebesar USD679,66 juta.
Christian mengatakan, proyek-proyek perseroan hingga kuartal pertama tahun ini tetap berjalan baik, antara lain proyek smelter aluminium PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) yang berlokasi di Kalimantan Utara. Smelter ini memiliki kapasitas 500.000 ton per tahun dan diharapkan mencapai COD pada 2025.
“Kami sangat bersyukur atas dukungan pemerintah yang ditandai dengan kunjungan kedua Presiden Joko Widodo ke smelter kami. Di samping itu, kami juga akan terus mendukung inisiatif hilirisasi pemerintah seiring fokus Indonesia pada ekonomi hijau,” tutup Christian.
(FAY)