Uzbekistan menerapkan program reformasi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diluncurkan pada 2017.
Reformasi ini membuat perekonomian negara yang sebelumnya terisolasi dan sangat tersentralisasi menjadi lebih ramah terhadap investor swasta dan lebih tahan terhadap faktor eksternal.
Pemerintah Uzbekistan menyatakan bahwa tujuan reformasi ini adalah untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan termasuk melalui perbaikan lingkungan bisnis.
Prospek transformasi ekonomi dan potensi besar pasar domestik negara dengan populasi lebih dari 36 juta jiwa ini semakin menarik perhatian perusahaan-perusahaan global.
Uzbekistan juga bukan merupakan anggota Eurasian Economic Union (EAEU) atau Collective Security Treaty Organization (CSTO) dan tetap mematuhi peraturan AS dan Uni Eropa.
Selain itu, juga terjadi penurunan arus masuk investasi dari Rusia. Meskipun Rusia terus menjadi mitra ekonomi terbesar Uzbekistan, kebijakan destruktifnya memotivasi pemerintah dan bisnis lokal untuk menjajaki pasar baru dan mengembangkan kerja sama ekonomi dengan negara lain.
Investor swasta besar memasuki sektor industri, kimia, perbankan, pariwisata, dan penerbangan selama periode pelaporan.
Defisit energi yang disebabkan oleh menurunnya pasokan hidrokarbon dan infrastruktur yang tidak efisien juga mendorong pengembangan energi ramah lingkungan di Uzbekistan.
Negara ini menginisiasi proyek energi surya sebesar 1.000 MW yang cukup menarik minat investor dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, China, Jepang, dan Korea.
Sasaran pemerintah Uzbekistan adalah menghasilkan 25-30 persen listriknya dari sumber energi terbarukan pada 2030 dan mencapai emisi nol karbon pada 2050. (ADF)