Sedangkan dari internal, Dody menyebut pemicu capital outflow berasal dari data perekonomian yang tidak sesuai ekspektasi. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan ekonomi hanya 5,07 persen.
“Kita juga melihat angka pertumbuhan ekonomi kita yang bisa dikatakan di bawah perkiraan hampir semua pihak termasuk Bank Indonesia. Itu semua berawal dari bagaimana dampak dari trade tension dan dampak pada asumsi pertumbuhan ekonomi dunia,” ujar dia.
Selain itu, neraca perdagangan April 2019 juga menunjukkan masalah serius setelah defisit menyentuh 2,5 miliar dolar AS. Hal ini, kata Dody, karena situasi ekonomi global yang menekan ekspor, termasuk membuat harga-harga komoditas seperti batu bara anjlok. (*)