"Data ini menunjukkan investasi yang kami tanamkan sejak beberapa tahun lalu, terutama di daerah luar Pulau Jawa, terus membuahkan hasil positif. Kami siap menjadi mitra strategis industri operator telekomunikasi, baik dalam melakukan konsolidasi ataupun ekspansi ke sejumlah daerah pusat pertumbuhan baru," ujar Teddy.
Teddy menjelaskan, jumlah menara Mitratel yang tersebar di Pulau Jawa mencapai 16.113 unit per akhir September 2024, atau menyumbang 41 persen dari total. Sedangkan sisanya berlokasi di Sumatera sebanyak 11.337 menara (28,9 persen), Sulawesi sebanyak 3.648 menara (9,3 persen), Kalimantan sebanyak 3.772 menara (9,6 persen), Bali Nusa Tenggara (Bali Nusra) sebanyak 2.657 menara (6,8 persen), Maluku dan Papua sebanyak 1.732 menara (4,4 persen). Jika ditotal, porsi aset menara di luar Jawa mencapai 59 persen.
"Di tengah tren konsolidasi industri operator telko dan agenda ekspansi mereka ke sejumlah daerah yang sedang berkembang, infrastruktur digital yang kami miliki saat ini menjadi keunggulan tersendiri. Bisa dibilang, ini merupakan berkah dari konsistensi kami menjalankan penugasan pemerintah untuk melakukan pemerataan akses telekomunikasi di penjuru negeri semenjak beberapa tahun lalu," ujar Teddy.
Selain memacu pertumbuhan aset dan menambah tenant baru, perseroan juga terus meningkatkan efisiensi di seluruh proses bisnis dengan
mengoptimalkan penggunaan teknologi digital. Antara lain implementasi aplikasi OneFlux yang menyederhanakan proses di internal sekaligus
memaksimalkan pelayanan ke pelanggan.
Digitalisasi yang diterapkan di berbagai lini, terutama pemasaran, memudahkan para penyewa dalam melakukan penyewaan menara dan fiber yang sesuai dengan kebutuhan. Kemampuan menyeimbangkan biaya dan pendapatan berdampak pada peningkatan EBITDA sebesar 12,1% menjadi Rp5,666 triliun, sehingga EBITDA Margin tercatat 83,1 persen.