Sebagaimana dilansir Bloomberg, posisi yen sempat menyentuh 145 terhadap dolar AS, segera setelah keputusan BoJ diumumkan. Obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun diperdagangkan untuk pertama kalinya minggu ini, dengan imbal hasil turun 2,5 basis poin menjadi 0,225 persen.
Namun demikian, BoJ juga masih khawatir tentang pemulihan pandemi COVID-19, meski secara tak terduga memutuskan untuk secara bertahap bakal menghentikan program pendanaan COVID. Dana hasil penghentian itu nantinya bakal digunakan untuk membantu masyarakat yang sedang kesulitan.
Kuroda telah berulang kali mengisyaratkan bahwa masih ada jalan panjang sebelum kebijakan di Jepang dapat dinormalisasi. Sangat kontras dengan kenaikan suku bunga Fed yang agresif, panduan ke depan BOJ masih menandai kemungkinan suku bunga turun, bukan lebih tinggi.
Dengan sedikit lebih dari enam bulan tersisa dalam jangka waktu satu dekade di jabatan puncak, Kuroda tampaknya bertekad untuk tetap pada tugasnya mencapai inflasi yang stabil, bahkan ketika sikap itu memicu jatuhnya yen dengan cepat dan memaksa bank untuk membeli lebih banyak. obligasi untuk mempertahankan batas atas imbal hasil.
"Hasil hari ini memperkuat pandangan saya bahwa peluang perubahan kebijakan hampir nol di bawah pemerintahan Kuroda. Yang menarik, pemungutan suara atas kebijakan ini menghasilkan suyara bulat, yang dapat diartikan bahwa semua dewan satu suara dengan kebijakan bunga ultralow yang menjadi pilihan Kuroda," ujar Kepala Ekonom Jepang di UBS Securities, Masamichi Adachi. (TSA)