Selain potensi harga, prospek fundamental SMRA juga mendukung. Perusahaan diproyeksikan mencetak laba per saham (EPS) sebesar Rp51,9 pada 2025, dengan rasio price to earnings (PER) di level 7,8 kali dan return on equity (ROE) sebesar 7,6 persen.
Sementara itu, rasio price to book value (PBV) berada di angka 0,6 kali, dengan estimasi dividend yield mencapai 3,3 persen untuk tahun berjalan.
Meski begitu, Ismail mengingatkan potensi risiko, terutama dari sisi konsentrasi pasar. Sedianya, sekitar 82 persen dari total pra-penjualan SMRA masih bergantung pada kawasan Jabodetabek, yang rentan terhadap perlambatan permintaan.
Namun, perusahaan mulai melakukan ekspansi ke luar wilayah tersebut, termasuk dengan menjajaki kemitraan strategis di luar Pulau Jawa.
“Meski prapenjualan SMRA di kuartal pertama 2025 hanya sebesar Rp877 miliar (tingkat pertumbuhan 18 persen), SMRA masih yakin target Rp5 triliun dapat dicapai, didukung oleh insentif pembebasan PPN,” tutur Ismail.