IDXChannel – Bursa saham Asia bergerak beragam pada Rabu (18/6/2025). Kekhawatiran terhadap eskalasi konflik di Timur Tengah masih mendominasi sentimen pasar pada Rabu, membuat investor beralih ke aset aman seperti obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan dolar.
Ketegangan pasar meningkat seiring meningkatnya kemungkinan keterlibatan militer AS secara langsung, setelah perang udara antara Israel dan Iran memasuki hari keenam. Presiden AS Donald Trump menyerukan agar Iran menyerah tanpa syarat dan memperingatkan bahwa kesabaran AS semakin menipis.
“Jelas persoalan di Timur Tengah belum selesai, dan pernyataan Presiden Trump hanya memperbesar kemungkinan situasi makin memburuk di kawasan itu,” ujar Kepala Ekonomi Internasional dan Keberlanjutan Commonwealth Bank of Australia (CBA), Joseph Capurso, dikutip Reuters.
“Pasar saat ini mencoba memperkirakan risiko keterlibatan militer besar-besaran dari AS. Sulit ditebak pasti bagaimana reaksi pasar, tapi melihat pergerakan harga minyak dan nilai tukar, jelas ada kekhawatiran bahwa situasi bisa memburuk secara signifikan,” katanya.
Harga minyak kembali naik pada Rabu, dengan Brent futures menguat 0,33 persen ke USD76,70 per barel, sementara minyak mentah AS naik 0,45 persen ke USD75,18 per barel. Keduanya sebelumnya melonjak lebih dari 4 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,26 persen, begitu pula dengan kontrak futures EUROSTOXX 50 yang melemah 0,4 persen.
Shanghai Composite juga melemah 0,50 persen, Hang Seng Hong Kong tergerus 1,34 persen, dan STI Singapura terdepresiasi 0,36 persen.
Berbeda, Nikkei 225 Jepang naik 0,61 persen, Topix menguat 0,45 persen, KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,69 persen, dan ASX Australia terapresiasi 0,06 persen.
Futures saham AS nyaris tak bergerak setelah sesi perdagangan reguler di Wall Street ditutup di zona merah semalam.
“Perang ini menunjukkan bahwa dolar AS masih memiliki status aset aman dalam situasi tertentu, seperti ketika perang meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak global, dan ketika perhatian pelaku pasar teralihkan dari risiko yang berpusat di AS,” ujar ahli strategi valuta asing dan suku bunga global di Macquarie Group, Thierry Wizman.
Menanti Keputusan The Fed
Konflik di Timur Tengah, ditambah ketidakpastian berkepanjangan terkait tarif Trump dan tanda-tanda lemahnya ekonomi AS, menjadi latar belakang yang menantang menjelang keputusan kebijakan Federal Reserve (The Fed) pada Rabu.
Data pada Selasa menunjukkan penjualan ritel AS turun 0,9 persen pada Mei—penurunan terbesar dalam empat bulan terakhir dan lebih dalam dari perkiraan.
Pasar secara luas memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan. Akan tetapi, perhatian juga akan tertuju pada proyeksi ekonomi terbaru dan arah kebijakan suku bunga ke depan. (Aldo Fernando)