IDXChannel – Bursa saham Asia memulai bulan baru dengan pelemahan pada Senin (1/9/2025), dipicu putusan pengadilan yang kembali mengacaukan kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
Sementara, investor menunggu data tenaga kerja yang bisa menentukan arah pemangkasan suku bunga di Negeri Paman Sam.
Di Asia, indeks Nikkei Jepang anjlok 2,10 persen mengikuti pelemahan saham teknologi AS, sedangkan Kospi Korea Selatan melemah 0,75 persen dan STI Singapura turun 0,15 persen. ASX 200 Australia juga merosot 0,57 persen.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang terkoreksi 0,1 persen, setelah pekan lalu sempat menyentuh level tertinggi empat tahun berkat reli saham China.
Berbeda, Shanghai Composite naik 0,46 persen dan Hang Seng meningkat 2,10 persen.
Libur di AS membuat perdagangan sepi, meski kontrak berjangka Wall Street dan Eropa masih bergerak tipis naik setelah terkoreksi pada Jumat pekan lalu.
Dolar dan obligasi nyaris tidak berubah menjelang sepekan penuh data, mulai dari survei manufaktur, jasa, hingga laporan tenaga kerja yang berpuncak pada data payroll Agustus, Jumat mendatang.
Mengutip Reuters, konsensus median memperkirakan penambahan 75.000 tenaga kerja, meski proyeksi bervariasi antara nol hingga 110.000, menyusul laporan Juli yang mengecewakan. Tingkat pengangguran diperkirakan naik menjadi 4,3 persen.
Analis juga mengingatkan laporan Agustus cenderung lebih lemah dari perkiraan dalam satu dekade terakhir. Jika data sesuai atau lebih rendah, pasar kian yakin Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan 17 September, dengan probabilitas hampir 90 persen.
“Meski data inflasi dan pertumbuhan tidak mendesak pemangkasan, saat ini hanya kejutan positif signifikan pada data ketenagakerjaan yang bisa menghentikan langkah The Fed, mengingat kekhawatiran mereka atas perlambatan tajam dalam pertumbuhan lapangan kerja,” kata Kepala Ekonom AS JPMorgan, Michael Feroli.
Prospek biaya pinjaman lebih rendah menopang Wall Street mendekati rekor, dan bisa menjadi penopang penting mengingat September secara historis menjadi bulan terburuk bagi indeks S&P 500 dalam 35 tahun terakhir. Senin pagi, kontrak berjangka S&P 500 naik 0,2 persen, Nasdaq menguat 0,3 persen, Eurostoxx 50 bertambah 0,3 persen, FTSE 0,1 persen, dan DAX 0,3 persen.
Ketidakpastian perdagangan kembali mencuat setelah Pengadilan Banding AS memutuskan banyak tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump ilegal, meski masih berlaku hingga pertengahan Oktober sambil menunggu banding ke Mahkamah Agung.
Putusan ini menimbulkan tanda tanya atas kesepakatan dagang yang sudah dicapai maupun yang masih dinegosiasikan. Pembicaraan dengan Jepang terhambat isu beras, sementara negosiasi dengan Korea Selatan juga tersendat.
Investor juga menyoroti serangan Trump terhadap independensi The Fed. Gubernur Fed Lisa Cook dijadwalkan mengajukan argumen baru melawan pemecatannya pada Selasa, sementara sidang konfirmasi Stephen Miran—calon anggota Fed pilihan Trump—akan berlangsung Kamis. (Aldo Fernando)