sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bursa Asia Cenderung Menguat di Tengah Rekor Nasdaq

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
10/07/2025 09:28 WIB
Bursa saham Asia cenderung naik pada perdagangan Kamis (10/7/2025), tersengat sentimen dari Wall Street semalam.
Bursa Asia Cenderung Menguat di Tengah Rekor Nasdaq. (Foto: Reuters)
Bursa Asia Cenderung Menguat di Tengah Rekor Nasdaq. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung naik pada perdagangan Kamis (10/7/2025), tersengat sentimen dari Wall Street semalam.

Berdasarkan data pasar, hingga pukul 09.15 WIB, Shanghai Composite menguat 0,23 persen, Hang Seng Hong Kong 0,01 persen, KOSPI Korea Selatan 0,97 persen, ASX 200 Australia 0,62 persen.

STI Index Singapura juga meningkat 0,33 persen dan CSI 300 China bertumbuh 0,13 persen.

Berbeda, Indeks Nikkei 225 turun 0,53 persen. Sentimen pasar Negeri Sakura tertekan akibat negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Jepang yang kembali menemui jalan buntu.

Mengutip Trading Economics, Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengumumkan tarif 25 persen untuk barang-barang asal Jepang yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus, sekaligus menegaskan tidak ada perpanjangan tenggat waktu.

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyebut langkah tersebut sangat disesalkan, meski ia tetap menegaskan komitmen Jepang untuk terus berdialog demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

Menurut lembaga kajian ekonomi, tarif baru ini diperkirakan memangkas 0,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang pada 2025, dan secara kumulatif dapat memangkas 1,9 persen hingga 2029.

Nasdaq Cetak Rekor Baru

Sementara itu, indeks Nasdaq Composite di AS mencetak rekor tertinggi baru pada Rabu, didorong lonjakan saham teknologi, setelah pelaku pasar mencerna risalah rapat kebijakan moneter terbaru Federal Reserve (The Fed).

Melansie dari MT Newswires, Nasdaq yang sarat saham teknologi menguat 0,9 persen ke penutupan rekor baru di level 20.611,3. Indeks S&P 500 juga naik 0,6 persen ke 6.263,3, dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,5 persen ke 44.458,3, menutup rebound setelah dua hari berturut-turut melemah.

Sebagian besar sektor di Wall Street ditutup di zona hijau, dipimpin oleh sektor utilitas dan teknologi, sementara sektor barang konsumsi mengalami penurunan terbesar.

Risalah rapat The Fed pada 17-18 Juni menunjukkan pandangan yang beragam terkait arah kebijakan suku bunga.

Beberapa pejabat membuka peluang penurunan suku bunga tertentu tahun ini, terutama karena mereka memperkirakan tekanan harga dari tarif perdagangan hanya bersifat sementara atau ringan. Kelompok ini menilai aktivitas ekonomi dan pasar tenaga kerja bisa melemah.

Namun, sebagian pejabat lainnya justru menolak pemangkasan suku bunga tahun ini, dengan alasan antara lain angka inflasi yang masih melebihi target 2 persen The Fed.

Menurut BMO Capital Markets, risalah tersebut menegaskan sikap “menunggu dan mengamati” The Fed di tengah situasi perdagangan global yang terus berubah. BMO tetap memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama The Fed pada September 2025.

Saat ini, pasar secara luas memperkirakan The Fed kembali menahan suku bunga pada pertemuan akhir bulan ini. Namun, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September berada di kisaran 66 persen, menurut alat pemantau FedWatch dari CME Group.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bergerak turun, dengan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun 6,9 basis poin menjadi 4,34 persen, dan imbal hasil obligasi tenor 2 tahun melemah 4,1 basis poin menjadi 3,86 persen.

Presiden Trump juga dikabarkan mengirim surat kepada beberapa mitra dagang tambahan terkait tarif baru, termasuk Brasil, Filipina, dan Sri Lanka, menurut CNBC International pada Rabu.

Awal pekan ini, Trump juga mengirim surat kepada 14 negara, termasuk Jepang, Afrika Selatan, Malaysia, dan Thailand, untuk menginformasikan tarif timbal balik yang baru dan akan mulai berlaku pada 1 Agustus.

Sementara itu, Uni Eropa disebut berharap bisa menyelesaikan kerangka kesepakatan dagang dengan AS pada bulan Juli ini, bahkan kemungkinan dalam beberapa hari ke depan, menurut laporan WSJ yang mengutip pernyataan seorang juru bicara. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement