Data AS yang dirilis pada hari Rabu (10/11) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) tumbuh 6,2% tahun-ke-tahun dan 0,9% bulan-ke-bulan di Oktober, sedangkan CPI inti naik 4,6% tahun-ke-tahun dan 0,6% bulan-bulan. pada bulan.
Data dari hari Selasa (9/10) menunjukkan bahwa indeks harga produsen tumbuh 0,6% bulan ke bulan dan 8,6% tahun ke tahun. PPI inti tumbuh 0,4% bulan ke bulan. Data inflasi menunjukkan bahwa inflasi dapat tetap tinggi hingga tahun 2022, karena kemacetan tetap ada dalam rantai pasokan.
"Inflasi jelas merupakan risiko yang harus diwaspadai. Tetapi harga saham akan menghadapi kehancuran besar jika Federal Reserve tepaksa untuk menaikkan suku bunga dengan cepat," kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ, Morgan Stanley Securities, dilansir Reuters, Jumat (12/11/2021).
Namun demikian, lonjakan inflasi saat ini disebabkan karena adanya kendala dalam pasokan di seluruh dunia. Analis meyakini banyak investor masih berpikir tekanan inflasi pada akhirnya akan mereda, bukannya menguat.
"Jika kita melewati musim belanja liburan akhir tahun, ketika permintaan memuncak, mungkin inflasi bisa mereda," kata Analis Daiwa Securities, Hirokazu Kabeya.