sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bursa Asia Melemah, Kebijakan Tarif AS Bikin Bingung

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
07/07/2025 09:15 WIB
Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Senin (7/7/2025), di tengah kebingungan pasar setelah pejabat AS mengisyaratkan adanya penundaan tarif.
Bursa Asia Melemah, Kebijakan Tarif AS Bikin Bingung. (Foto: Reuters)
Bursa Asia Melemah, Kebijakan Tarif AS Bikin Bingung. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Senin (7/7/2025), di tengah kebingungan pasar setelah pejabat Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan adanya penundaan tarif, tetapi tanpa kejelasan detail ataupun dokumen resmi terkait perubahan tersebut.

Di saat yang sama, harga minyak juga tergelincir akibat keputusan OPEC+ untuk menambah pasokan lebih besar dari perkiraan.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, pemerintahnya hampir merampungkan sejumlah kesepakatan dagang dalam beberapa hari ke depan dan akan memberitahu negara-negara lain mengenai tarif baru paling lambat 9 Juli, dengan tarif yang lebih tinggi mulai berlaku pada 1 Agustus.

"Presiden Trump akan mengirim surat kepada mitra dagang tertentu, yang intinya menyatakan bahwa jika negosiasi tak segera bergerak maju, maka per 1 Agustus tarif akan kembali ke level awal yang ditetapkan pada 2 April," ujar Menteri Keuangan AS Scott Bessent kepada CNN International.

Pada April lalu, Trump mengumumkan tarif dasar sebesar 10 persen untuk sebagian besar negara, dengan tarif "resiprokal" yang lebih tinggi, hingga 50 persen, dan tenggat awalnya adalah Rabu pekan ini.

Namun, Trump juga menyebut bahwa tarif bisa saja "mencapai 60 persen atau 70 persen, atau mungkin hanya 10 persen hingga 20 persen", membuat arah kebijakan semakin tak menentu.

Minimnya kesepakatan dagang yang benar-benar terjadi membuat sejumlah analis memperkirakan tenggat waktu tarif tersebut diundur, meski belum jelas apakah penundaan itu berlaku untuk semua mitra dagang atau hanya sebagian.

"Ketegangan dagang yang kembali memanas ini terjadi saat sejumlah mitra dagang utama, seperti Uni Eropa, India, dan Jepang, tengah berada di tahap krusial dalam negosiasi bilateral," kata analis ANZ dalam catatannya, dikutip Reuters.

"Jika tarif resiprokal ini diterapkan dalam bentuk awal atau bahkan diperluas, kami memperkirakan hal ini meningkatkan risiko perlambatan ekonomi AS, sekaligus menaikkan tekanan inflasi."

Investor kini cenderung lebih terbiasa dengan ketidakpastian kebijakan dagang AS, sehingga reaksi awal pasar pun relatif tenang. Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq sama-sama turun tipis, masing-masing 0,3 persen.

Indeks Nikkei Jepang melemah 0,55 persen, sementara bursa saham Korea Selatan (KOSPI) turun 0,02 persen. Shanghai Composite berkurang 0,22 persen, Hang Seng Hong Kong minus 0,50 persen, dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,20 persen.

Berbeda, STI Singapura naik 0,28 persen.

Obligasi pemerintah AS tetap diburu investor, mendorong imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun hampir 2 basis poin menjadi 4,326 persen.

Dolar AS terus tertekan akibat kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif Trump yang dianggap kacau dan berisiko menekan pertumbuhan ekonomi serta mendorong inflasi.

Kekhawatiran serupa juga membuat Federal Reserve (The Fed) enggan menurunkan suku bunga lebih cepat. Risalah rapat The Fed terakhir diperkirakan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kapan mayoritas anggota dewan bisa melanjutkan pelonggaran.

Pekan ini, agenda pejabat The Fed terbilang sepi, hanya ada dua presiden The Fed distrik yang dijadwalkan berpidato. Data ekonomi AS juga minim.

Sementara itu, bank sentral Australia (RBA) diperkirakan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,60 persen pada pertemuan Selasa, yang menjadi pemangkasan ketiga dalam siklus ini. Pasar memproyeksikan suku bunga Australia bisa turun lebih lanjut ke kisaran 2,85 persen hingga 3,10 persen.

Di Selandia Baru, bank sentral diperkirakan menahan suku bunga di level 3,25 persen pada pertemuan Rabu, setelah sebelumnya memangkas total 225 basis poin dalam setahun terakhir. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement