Namun, Trump juga menyebut bahwa tarif bisa saja "mencapai 60 persen atau 70 persen, atau mungkin hanya 10 persen hingga 20 persen", membuat arah kebijakan semakin tak menentu.
Minimnya kesepakatan dagang yang benar-benar terjadi membuat sejumlah analis memperkirakan tenggat waktu tarif tersebut diundur, meski belum jelas apakah penundaan itu berlaku untuk semua mitra dagang atau hanya sebagian.
"Ketegangan dagang yang kembali memanas ini terjadi saat sejumlah mitra dagang utama, seperti Uni Eropa, India, dan Jepang, tengah berada di tahap krusial dalam negosiasi bilateral," kata analis ANZ dalam catatannya, dikutip Reuters.
"Jika tarif resiprokal ini diterapkan dalam bentuk awal atau bahkan diperluas, kami memperkirakan hal ini meningkatkan risiko perlambatan ekonomi AS, sekaligus menaikkan tekanan inflasi."
Investor kini cenderung lebih terbiasa dengan ketidakpastian kebijakan dagang AS, sehingga reaksi awal pasar pun relatif tenang. Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq sama-sama turun tipis, masing-masing 0,3 persen.