Langkah CDIA—yang berada dalam gurita bisnis milik taipan Prajogo Pangestu, masuk ke RATU menunjukkan ketertarikan perusahaan terhadap sektor energi, sejalan dengan fokus utama bisnisnya di bidang kelistrikan, pelayaran, dan infrastruktur energi.
Komentar Analis
CDIA bersiap melantai di Bursa dengan menawarkan saham perdana di kisaran harga Rp170–Rp190 per saham. Berdasarkan riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, terbit pada 19 Juni 2025, valuasi tersebut mencerminkan price-to earnings ratio (PER) 43–48 kali, jauh di bawah rata-rata industri 99 kali.
CDIA mencatat lonjakan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2024. Pendapatan tembus USD102,3 juta atau naik 35 persen dibanding 11 bulan pertama 2023. Laba bersih meroket 1.633 persen menjadi USD32,7 juta, dengan margin laba 32 persen dan return on equity (ROE) sebesar 4,4 persen.
Segmen penjualan listrik menyumbang 78,6 persen pendapatan, diikuti penjualan bahan bakar (11,2 persen), sewa kapal (5,5 persen), serta sewa tangki dan jetty (4,7 persen). Kinerja ini didorong tambahan kontribusi dari segmen sewa kapal yang belum ada di tahun sebelumnya.
Struktur keuangan perusahaan tergolong konservatif. Rasio lancar (current ratio) berada di 9,01x dan quick ratio 22,05x, menunjukkan likuiditas sangat tinggi. Rasio utang terhadap aset (DAR) tercatat 0,31x dan DER di 0,44x—masih dalam batas aman. Kemampuan membayar utang juga kuat, tercermin dari debt service coverage ratio yang naik jadi 9,89x.