Penurunan kerugian ini sejalan dengan pendapatan BLTZ yang meningkat 9,51% year-on-year (YoY) dari Rp489,25 miliar menjadi Rp535,78 miliar. Hingga akhir Juni 2023, total aset BLTZ mencapai Rp2,18 triliun. Angka tersebut meningkat dibandingkan akhir tahun 2022 sebesar Rp2,81 triliun, penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan kepemilikan kas dan bank dari Rp236,76 miliar menjadi Rp190,31 miliar.
2. PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA)
Pada 2023 ini, CNMA berencana menawarkan 8,33 miliar saham baru kepada publik pada tahun 2023. Emiten tersebut menghimpun dana segar senilai Rp2,25 triliun dari pasar modal dengan harga penawaran Rp270 per saham. Sebanyak 65% dana IPO akan digunakan untuk membangun jaringan bioskop di Indonesia.
Perusahaan mengalami kelebihan permintaan atau kelebihan permintaan hingga 25,7 kali selama masa penawaran. Artinya minat investor pada periode ini sangat tinggi. Berdasarkan riset IDXChannel, saham CNMA dinilai overvalued berdasarkan kelipatan price-to-earnings (P/E) sebesar 44,60 kali. Melebihi aturan praktis investor sebesar 10 hingga 15 kali.
CNMA akan menggunakan 65% hasil IPO untuk pembangunan Bioskop XXI baru, 15% untuk modal kerja termasuk pembelian barang dan jasa, dan sisanya 20% untuk pelunasan sebagian utang modal CNMA. (SNP)