IDXChannel – Saham empat bank raksasa (big cap) kompak menguat dalam lanjutan sesi I, Selasa (20/2/2024). Investor, termasuk asing, terus mengakumulasi saham seiring menunggu pembagian dividen ke depan.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.18 WIB, saham bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik tumbuh 2,05 persen ke Rp6.225 per saham di tengah aksi beli bersih (net buy) asing Rp1,68 triliun di pasar reguler.
Pada Kamis (16/2) pekan lalu, BBRI sempat menembus level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) Rp6.275 per saham sesaat setelah pembukaan pasar.
Sementara, Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,55 persen seiring net buy asing Rp585,49 miliar dalam sepekan.
Saham bank pelat merah lainnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terapresiasi 0,70 persen ke Rp7.200 per saham.
Saham BMRI sempat menyundul level ATH baru ketika menyentuh Rp7.400 per saham di awal sesi Jumat (16/2) pekan lalu sebelum ditutup di Rp7.200 per saham.
Asing mencatatkan net buy saham BMRI senilai Rp1,5 triliun di pasar reguler selama sepekan.
Kemudian, saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga diperdagangkan di area hijau, naik 0,51 persen ke Rp9.925 per saham.
Saham BBCA menembus ATH baru pada intraday Jumat (16/2), yakni di level Rp10.000 per saham di rentang 09.00-10.25 WIB.
Catatan net buy asing di BBCA mencapai Rp1,5 triliun dalam seminggu belakangan.
Investor Tunggu Dividen
Ketiga bank tersebut membukukan kinerja keuangan yang positif sehingga membuat investor menantikan besaran dividen yang akan ditebar kali ini.
Laba bersih BRI menjadi yang tertinggi di bursa, yakni dengan raihan Rp60,4 triliun atau naik 17,5% secara year-on-year (yoy). Aset BRI juga tumbuh 5,3% yoy menjadi sebesar Rp1.965 triliun.
Kemudian, di posisi kedua, Bank Mandiri yang mencatatkan pertumbuhan laba dengan persentase tertinggi, yaitu 33,7% dengan perolehan sebesar Rp55,1 triliun.
Di posisi ketiga, bank swasta terbesar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih mencapai Rp48,6 triliun atau tumbuh 19,4%. Kenaikan ini ditopang pertumbuhan kredit yang berkualitas, peningkatan volume transaksi dan pendanaan, serta perluasan basis nasabah.