Dalam kesempatan yang sama, praktisi pasar modal dari Kurikulum Saham Alex Sukandar mengatakan hal tersebut menjadi sinyal bagi investor di Tanah Air untuk mengikuti konsep ‘follow the trend and follow the big money’.
Alex yang mengembangkan Enigma pembaca perilaku investor mengikuti kecenderungan dana besar yang masuk diiringi frekuensi transaksi yang tinggi. Hasilnya dia melihat ada beberapa sektor saham dengan frekuensi transaksi yang tinggi.
“Kalau tidak ada uang besar di saham tersebut ya memang tidak bergerak. Saya mengembangkan indikator money inflow dan outflow serta frequency behavior. Saya melacak sampai dua bulan ke belakang ada inflow di 3 sektor cyclic, infra dan tekno. Ada big money di situ maka transaksi tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama ekonom dari Ciptadana Sekuritas Nicko Yosafat menyinggung soal proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang direvisi lebih rendah akibat tekanan pandemi Covid-19. World Bank atau Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global menjadi 5,6% secara year on year (yoy).
Adapun Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengeluarkan proyeksi ekonomi sedikit lebih tinggi yaitu 6% yoy. Pertumbuhan ini direvisi karena melihat kecenderungan pemulihan ekonomi di berbagai negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia dalam menghadapi pandemi yang lebih berat dibandingkan dengan negara maju.