- Jepang
Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun Jepang berada di atas 0,45% pada hari-hari terakhir tahun 2022. Angka ini bahkan mendekati level tertinggi sejak 2015 dan melampaui standar kebijakan Bank of Japan.
Yield obligasi 10 tahun Jepang ini sekarang jauh lebih tinggi dibanding 0,08% pada awal tahun. Pengetatan kebijakan agresif The Fed untuk melawan inflasi mendorong imbal hasil Treasury AS lebih tinggi dan terpaksa menekan pasar obligasi lainnya.
Meski demikian, Bank of Japan tidak menaikkan biaya pinjaman meskipun indeks harga konsumen meningkat ke level tertinggi sejak tahun 1991.
Namun secara mengejutkan pada pertengahan Desember BoJ meningkatkan batas atas toleransi pada obligasi pemerintah 10 tahun menjadi 0,5%.
- Australia
Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun Australia mencapai 4% pada hari-hari terakhir tahun 2022. Angka ini juga mendekati level tertinggi 8 tahun sebesar 4,3% yang dicapai pada bulan Oktober dan Juni.
Kondisi ini juga dipengaruhi meningkatnya kekhawatiran atas inflasi global dan perlunya kenaikan suku bunga kembali muncul setelah China bergerak maju dengan pembukaan kembali ekonominya setelah tiga tahun pembatasan Covid-19.
- Jerman
Imbal hasil obligasi 10 tahun Jerman memperpanjang kenaikan menuju 2,5% pada akhir ini dan juga mencapai level tertinggi sejak Juli 2011.
Angka ini menanjak tajam dari awalnya yang hanya sekitar -0,1% pada awal tahun di tengah kekhawatiran resesi global dan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut pada tahun 2023.
Imbal hasil 10 tahun Jerman juga didukung oleh ekspektasi peningkatan pendanaan pemerintah dan penurunan kelebihan likuiditas. Hal ini ditunjang oleh kebijakan pemerintah Jerman dalam meningkatkan belanja publik untuk melawan dampak merugikan dari krisis energi.
Bank Sentral Eropa menjanjikan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk melawan inflasi dan mengumumkan akan mulai mengurangi kepemilikan obligasi €5 triliun mulai Maret tahun depan.
Sementara itu, melansir Bloomberg, kondisi pasar obligasi Indonesia sebenarnya menjadi primadona dan mengungguli sebagian besar negara berkembang di Asia sepanjang tahun ini. Bahkan sejumlah investor meyakini kinerja obligasi masih menarik di tahun depan.
“Obligasi Indonesia relatif menarik dibandingkan negara-negara berkembang di Asia, dengan imbal hasil riil yang lebih tinggi daripada negara-negara seperti India dan Thailand. Ketika tekanan inflasi mereda di AS dan The Fed memperlambat laju kenaikan suku bunga, rupiah kemungkinan akan diuntungkan dari aliran portofolio obligasi,” kata Johnny Chen, manajer keuangan di William Blair Investment in Singapura, mengutip Bloomberg, (16/12). (ADF)