sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Darma Henwa (DEWA) Jadi Bidikan Analis, Prospeknya Dinilai Atraktif

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
01/10/2025 07:35 WIB
Emiten Grup Bakrie PT Darma Henwa Tbk (DEWA) tengah mempercepat transformasi bisnis dengan sejumlah langkah strategis.
Darma Henwa (DEWA) Jadi Bidikan Analis, Prospeknya Dinilai Atraktif. (Foto: Darma Henwa)
Darma Henwa (DEWA) Jadi Bidikan Analis, Prospeknya Dinilai Atraktif. (Foto: Darma Henwa)

IDXChannel – Emiten Grup Bakrie PT Darma Henwa Tbk (DEWA) tengah mempercepat transformasi bisnis dengan sejumlah langkah strategis yang diyakini bakal memperkuat kinerja jangka panjang.

Analis UOB Kay Hian dalam riset 25 September 2025 merekomendasikan beli (buy) dengan target harga Rp372 per saham, seiring prospek pertumbuhan yang solid dan diversifikasi usaha yang semakin jelas.

DEWA terus menambah skala operasi melalui penerapan armada XCMG yang ditargetkan beroperasi penuh pada Oktober dan terpakai maksimal pada Desember. Langkah ini diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi bahan bakar serta akurasi estimasi produksi.

Di saat bersamaan, anak usaha Gayo Mineral Resources (GMR) melanjutkan eksplorasi di delapan prospek, termasuk Tengkereng Atas dan Bawah. Pernyataan cadangan sesuai standar JORC ditargetkan bisa dipublikasikan pada 2027.

Dari sisi keuangan, manajemen berencana mengoptimalkan neraca melalui reklasifikasi Rp1,46 triliun selisih kurs ke saldo laba.

UOB Kay Hian mencatat, langkah ini memang akan diikuti pencatatan beban penurunan nilai Rp500 miliar-Rp600 miliar pada kuartal III-2025, sehingga berpotensi membuat perusahaan membukukan rugi bersih sementara.

Namun, saldo laba diperkirakan positif pada kuartal berikutnya, memberi ruang bagi distribusi dividen sekaligus memangkas beban depresiasi di jangka menengah.

Untuk tahun penuh 2025, DEWA tetap menargetkan EBITDA Rp1,7 triliun, dengan margin yang diyakini membaik seiring armada baru beroperasi penuh di semester II. Net profit diproyeksikan mencapai Rp490 miliar, melesat 2.893 persen secara tahunan.

Menurut catatan UOB, manajemen juga tengah berupaya memperluas basis klien di luar BUMI guna menekan risiko ketergantungan.

Pendanaan ekspansi juga semakin kuat. DEWA telah mengantongi pinjaman sindikasi Rp350 miliar dari Bank Central Asia (BCA) untuk modal kerja dan penambahan armada.

Negosiasi tambahan fasilitas Rp150 miliar dengan Amar Bank dan ICBC masih berlangsung, sementara opsi kerja sama dengan bank asal China juga terbuka untuk mendukung roadmap elektrifikasi.

Tahap awal elektrifikasi akan diterapkan pada pengangkutan batu bara, kemudian meluas ke armada overburden dengan model pembayaran berbasis konsumsi listrik (kWh).

UOB Kay Hian menilai DEWA atraktif berkat proyeksi pertumbuhan EBITDA rata-rata 42,1 persen per tahun pada 2024–2028, ditambah potensi nilai lebih dari bisnis tembaga yang belum masuk perhitungan valuasi.

Menurut hemat analis UOB, katalis saham mencakup kelanjutan pengembangan armada, pertumbuhan laba kuat di 2025, serta peluang kontrak baru dari klien tambahan.

Analis Henan Putihrai (HP) Sekuritas dalam riset 23 September 2025 juga menilai prospek emiten jasa tambang ini kian menarik, seraya menetapkan rekomendasi beli dengan target harga Rp350 per saham.

DEWA berhasil membukukan pendapatan Rp3,11 triliun sepanjang semester I-2025, naik 6,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Laba bersih melonjak tajam 1.075,6 persen menjadi Rp168 miliar dari sebelumnya hanya Rp14,3 miliar.

Pemulihan margin menjadi salah satu penopang kinerja, sekaligus menandai titik balik penting bagi perseroan.

HP Sekuritas menyoroti perbaikan struktur permodalan usai private placement dan dukungan pendanaan pinjaman sindikasi dari Bank Central Asia (BCA).

Dengan kondisi neraca yang lebih sehat, DEWA kini mampu menjalankan strategi insourcing melalui armada milik sendiri, menggantikan peran subkontraktor. Langkah ini diharapkan memangkas biaya secara signifikan.

Dari sisi kontrak, operasi DEWA masih ditopang empat tambang utama dalam grup BUMI, yang menjamin kesinambungan volume.

Model captive ini dianggap mengurangi risiko pergantian proyek yang lazim terjadi pada kontraktor murni. Lebih jauh, manajemen juga bersiap menawar proyek dari pihak ketiga untuk memperluas basis pendapatan.

Potensi diversifikasi bisnis turut menjadi katalis tambahan. Melalui PT Sabina Mahardika dan PT Mahadaya Imajinasi Nusantara, DEWA menguasai hampir 100 persen saham GMR yang tengah mengeksplorasi prospek tembaga-emas di Gayo Lues, Aceh. Prospek mineral ini dipandang sebagai sumber nilai jangka panjang di luar jasa pertambangan batu bara.

HP Sekuritas menilai valuasi DEWA masih atraktif. Dengan proyeksi EV/EBITDA 2029 di level 6,19 kali, jauh di bawah rata-rata peer sebesar 11,60 kali, saham ini dinilai memiliki ruang kenaikan yang besar.

Namun, sejumlah risiko tetap membayangi, mulai dari faktor operasional dan cuaca, ketidakpastian regulasi sektor tambang, hingga fluktuasi harga komoditas yang memengaruhi rencana produksi batu bara klien. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement