Hingga kuartal I-2025, DEWA mencatatkan laba bersih Rp68,9 miliar atau melesat 761 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp8 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham terkerek menjadi Rp3,15 per lembar.
Perbaikan neraca dan ekspansi kapasitas produksi
Pada tahun ini, DEWA juga melakukan perbaikan besar pada struktur keuangannya melalui konversi utang sebesar USD83 juta atau sekitar Rp1,4 triliun menjadi saham lewat skema Non-Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (NPMETD).
"Langkah ini meningkatkan current ratio menjadi 1,0x dan menurunkan rasio utang terhadap ekuitas (DER) ke level sehat 0,4x," tulis riset Samuel Sekuritas, Rabu (4/6/2025).
Dengan struktur keuangan yang lebih solid, DEWA mengamankan pinjaman senilai Rp2,6 triliun dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau Bank BCA. Dana ini akan digunakan untuk menggandakan kapasitas produksi dari 57 juta bcm menjadi 122 juta bcm pada 2025, dan terus bertumbuh hingga 150 juta bcm pada 2027.
Meskipun harga batu bara global diperkirakan tetap lemah dalam jangka pendek, DEWA tetap optimistis terhadap prospek jasa pertambangan di Indonesia.