Secara makro, ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) telah menciptakan realitas baru bagi para investor. Pergeseran kebijakan yang mendadak membuat proyeksi pasar jangka pendek semakin sulit, sekaligus meredam minat terhadap aset negara berkembang.
Selain bayang-bayang ancaman tarif AS sebesar 32 persen, Indonesia juga tengah menghadapi lemahnya permintaan domestik dan realisasi penerimaan negara yang di bawah ekspektasi. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam mengelola belanja.
Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan tetap berada di kisaran 5 persen, di tengah tekanan ketegangan dagang global.
Sementara, pada Rabu (23/4), Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya, sesuai dengan ekspektasi pasar. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.