sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Deretan Sentimen yang Perlu Dicermati Investor di Semester II-2025

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
30/06/2025 12:15 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja fluktuatif dan cenderung tertekan sepanjang semester I-2025.
Deretan Sentimen yang Perlu Dicermati Investor di Semester II-2025. (Foto: MNC Media)
Deretan Sentimen yang Perlu Dicermati Investor di Semester II-2025. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja fluktuatif dan cenderung tertekan sepanjang semester I-2025, di tengah kombinasi tekanan domestik dan ketidakpastian global.

Memasuki paruh kedua tahun ini, pelaku pasar dihadapkan pada sejumlah faktor eksternal dan internal yang diperkirakan menentukan arah pergerakan indeks.

Hingga perdagangan intraday 30 Juni 2025, IHSG melemah 2,43 persen selama semester I-2025. Arus keluar dana asing (foreign outflow) tercatat sebesar Rp39,3 triliun di sepanjang tahun berjalan (YtD), mencerminkan tekanan jual di tengah isu perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, geopolitik di Timur Tengah, dan sentimen negatif dari dalam negeri.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai bahwa sepanjang semester II-2025, pelaku pasar perlu mencermati dinamika global yang bisa menjadi penentu arah indeks.

“Di semester II-2025, ada banyak peristiwa global yang perlu diperhatikan, terutama dari sisi global,” ujarnya, Senin (30/6/2025).

Salah satu fokus utama menurut Michael adalah arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) serta rencana restrukturisasi utang negara tersebut. Ia mengatakan, “Akan ada potensi bagi AS untuk memangkas suku bunga Federal Reserve (The Fed). Kemudian, di saat yang bersamaan, ada restrukturisasi utang yang akan dilakukan oleh AS.”

Jika dua hal itu berjalan sesuai harapan, dampaknya bisa cukup signifikan bagi pasar keuangan domestik. “Jika terjadi pemangkasan suku bunga serta restrukturisasi utang yang dilakukan AS berjalan mulus, maka ini akan memberikan ruang yang cukup lega bagi Indonesia untuk melakukan pelonggaran moneter,” imbuh Michael.

Namun dari sisi domestik, Michael menyoroti bahwa tantangan yang dihadapi indeks masih cukup besar, terutama karena lemahnya daya beli masyarakat. “IHSG saat ini masih berkutat dengan lemahnya daya beli,” tuturnya.

Ia merujuk pada laporan keuangan perbankan sebagai indikator penting. “Hal ini tercermin dari laporan keuangan perbankan yang mengalami kontraksi dari net interest margin (NIM) yang menurun.”

Menurutnya, pekerjaan rumah (PR) pemerintah tidak sederhana, apalagi bila dikaitkan dengan target jangka panjang. “PR besar bagi pemerintah kita cukup panjang, yaitu bagaimana menarik investor asing serta memberikan lapangan pekerjaan,” kata Michael.

“Dan itu merupakan proyeksi dengan time frame jangka panjang untuk mengembalikan GDP [pertumbuhan ekonomi/PDB] kita di atas 5 persen,” ujarnya. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement