Salah satu fokus utama menurut Michael adalah arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) serta rencana restrukturisasi utang negara tersebut. Ia mengatakan, “Akan ada potensi bagi AS untuk memangkas suku bunga Federal Reserve (The Fed). Kemudian, di saat yang bersamaan, ada restrukturisasi utang yang akan dilakukan oleh AS.”
Jika dua hal itu berjalan sesuai harapan, dampaknya bisa cukup signifikan bagi pasar keuangan domestik. “Jika terjadi pemangkasan suku bunga serta restrukturisasi utang yang dilakukan AS berjalan mulus, maka ini akan memberikan ruang yang cukup lega bagi Indonesia untuk melakukan pelonggaran moneter,” imbuh Michael.
Namun dari sisi domestik, Michael menyoroti bahwa tantangan yang dihadapi indeks masih cukup besar, terutama karena lemahnya daya beli masyarakat. “IHSG saat ini masih berkutat dengan lemahnya daya beli,” tuturnya.
Ia merujuk pada laporan keuangan perbankan sebagai indikator penting. “Hal ini tercermin dari laporan keuangan perbankan yang mengalami kontraksi dari net interest margin (NIM) yang menurun.”
Menurutnya, pekerjaan rumah (PR) pemerintah tidak sederhana, apalagi bila dikaitkan dengan target jangka panjang. “PR besar bagi pemerintah kita cukup panjang, yaitu bagaimana menarik investor asing serta memberikan lapangan pekerjaan,” kata Michael.