sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dharma Satya (DSNG) Cetak Kenaikan Laba 39,23 Persen, Ini Penopangnya

Market news editor Cahya Puteri Abdi Rabbi
30/07/2024 10:05 WIB
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) membukukan laba bersih Rp503,56 miliar di semester I-2024.
Dharma Satya (DSNG) Cetak Kenaikan Laba 39,23 Persen, Ini Penopangnya. (Foto MNC Media)
Dharma Satya (DSNG) Cetak Kenaikan Laba 39,23 Persen, Ini Penopangnya. (Foto MNC Media)

IDXChannel - PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) membukukan laba bersih Rp503,56 miliar di semester I-2024. Angka itu naik 39,23 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp361,65 miliar.

Kenaikan laba perseroan didorong oleh peningkatan pendapatan dari semua segmen usaha, baik kelapa sawit, produk kayu maupun energi terbarukan (biomassa), terutama kenaikan harga produk kelapa sawit, serta penurunan biaya operasional seiring turunnya harga pupuk yang sempat melonjak tinggi tahun lalu.

Dari sisi pendapatan, perseroan mencatatkan kenaikan 7,93 persen menjadi Rp4,70 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp4,35 triliun. Dari jumlah tersebut, segmen kelapa sawit menyumbang pendapatan sebesar Rp4 triliun, naik 5 persen dibandingkan semester I 2023, dengan harga rata-rata CPO dan PKO naik masing-masing sebesar 3,2 persen dan 8,6 persen.

Direktur Utama DSNG Andrianto Oetomo mengatakan, segmen kelapa sawit masih memberikan kontribusi utama pendapatan perseroan, yakni sekitar 86 persen seiring peningkatan produktivitas, terutama dari perbaikan rendemen atau Oil Extraction Rate (OER).

“Kinerja operasional kelapa sawit perseroan terbantu oleh membaiknya OER dari 22,62 persen pada semester I tahun lalu menjadi 24,05 persen di tahun ini,” kata Andrianto dalam keterangan resminya, Selasa (30/7/2024).

Sementara itu, penurunan produksi CPO DSNG utamanya dipicu oleh berkurangnya pembelian buah dari pihak eksternal, karena terbatasnya ketersediaan TBS eksternal dengan harga yang masih memberikan marjin proses olah.

Dari segmen usaha lainnya, produk kayu menyumbang sekitar Rp558 miliar atau kontribusi sebesar 12 persen terhadap pendapatan total, mengalami kenaikan 11 persen dibandingkan semester I-2023, seiring dengan kenaikan volume penjualan produk panel hingga 25 persen secara tahunan.

Namun, kondisi pasar internasional untuk produk kayu hingga saat ini masih belum pulih ke level yang diharapkan. Hal ini terlihat pada produk panel yang mengalami pelemahan harga jual dibandingkan tahun lalu, sementara harga rata-rata produk lantai kayu naik tipis karena perbedaan komposisi produk yang dijual.

Meskipun kondisi pasar produk kayu saat ini kurang menggembirakan, lanjut Andrianto, namun perseroan tetap berupaya mengembangkan bisnis produk kayu agar memiliki potensi kinerja yang lebih baik di masa depan. 

“Rencana pengembangan saat ini masih dalam tahap penggodokan sebelum nantinya dieksekusi, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang ada,” ujar dia.

Lebih jauh, sejak tahun lalu, segmen energi terbarukan DSNG yang berfokus di biomassa mulai memberikan kontribusi pendapatan bagi perseroan melalui penjualan cangkang kelapa sawit ke Jepang. Pada semester I-2024, energi terbarukan menyumbang Rp119 miliar atau sekitar 2,5 persen dari total pendapatan, meningkat hampir 300 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Terkait melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) sebesar 7 persen selama paruh pertama tahun 2024, Andrianto menjelaskan, pelemahan nilai tukar Rupiah memang berdampak pada peningkatan nilai total utang USD perseroan yang ditranslasi ke dalam Rupiah pada tanggal pelaporan buku, sesuai dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku.

Padahal sebenarnya, utang USD perseroan justru mengalami penurunan sebesar 12 persen dibandingkan akhir tahun 2023, seiring dengan pembayaran angsuran pokok. Hingga akhir Juni 2024, saldo utang USD perseroan berkisar 20 persen dari total utang.

“Kami tidak khawatir terhadap kemampuan dalam memenuhi kewajiban pembayaran utang USD yang jatuh tempo, mengingat total kewajiban pembayaran tersebut hanya berkisar 25 persen dari total pendapatan dalam USD yang dihasilkan oleh segmen usaha produk kayu dan renewable energi, sehingga terjadi natural hedging,” ujar Andrianto.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement