Meskipun kondisi pasar produk kayu saat ini kurang menggembirakan, lanjut Andrianto, namun perseroan tetap berupaya mengembangkan bisnis produk kayu agar memiliki potensi kinerja yang lebih baik di masa depan.
“Rencana pengembangan saat ini masih dalam tahap penggodokan sebelum nantinya dieksekusi, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang ada,” ujar dia.
Lebih jauh, sejak tahun lalu, segmen energi terbarukan DSNG yang berfokus di biomassa mulai memberikan kontribusi pendapatan bagi perseroan melalui penjualan cangkang kelapa sawit ke Jepang. Pada semester I-2024, energi terbarukan menyumbang Rp119 miliar atau sekitar 2,5 persen dari total pendapatan, meningkat hampir 300 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Terkait melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) sebesar 7 persen selama paruh pertama tahun 2024, Andrianto menjelaskan, pelemahan nilai tukar Rupiah memang berdampak pada peningkatan nilai total utang USD perseroan yang ditranslasi ke dalam Rupiah pada tanggal pelaporan buku, sesuai dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku.