sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Didorong Sentimen Eksternal, Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.664 per USD

Market news editor Anggie Ariesta
30/09/2025 15:48 WIB
Mata uang Garuda naik 15,5 poin atau 0,09 persen ke level Rp16.664 per USD.
Didorong Sentimen Eksternal, Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.664 per USD. Foto: iNews Media Group.
Didorong Sentimen Eksternal, Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.664 per USD. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (30/9/2025). Mata uang Garuda naik 15,5 poin atau 0,09 persen ke level Rp16.664 per USD.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah salah satunya didorong oleh sentimen eksternal, di tengah meningkatnya keyakinan bahwa anggota parlemen AS tidak akan mampu mencegah government shutdown atau penutupan pemerintah.

"Kongres memiliki waktu hingga tengah malam, 30 September untuk mengesahkan RUU anggaran dan menghindari penutupan ratusan lembaga federal. RUU anggaran yang didukung Partai Republik baru-baru ini berhasil lolos di Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi sekarang menghadapi perlawanan di Senat," tulis Ibrahim dalam risetnya.

Adapun Partai Republik memegang mayoritas 53 kursi di Senat, tetapi membutuhkan setidaknya 60 suara untuk menyetujui RUU anggaran tersebut. 

Pembicaraan bipartisan dengan Presiden Donald Trump pada hari Senin tampaknya tidak banyak membantu memecahkan kebuntuan politik, yang berpusat pada ketidaksepakatan mengenai anggaran kesehatan dan program kesejahteraan sosial.

Penutupan pemerintah cenderung mengganggu aktivitas ekonomi di negara ini, yang dapat menimbulkan risiko bagi pertumbuhan. Penutupan pemerintah minggu ini juga dapat menunda rilis data penggajian nonpertanian yang diawasi ketat untuk bulan September, yang dijadwalkan dirilis pada Jumat.

Gedung Putih juga terlihat memperingatkan bahwa ribuan pekerjaan pemerintah dapat dihapus jika terjadi penutupan, sebuah skenario yang menandakan pelemahan lebih lanjut di pasar tenaga kerja.

Selain itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin bahwa dia akan mengenakan tarif 10 persen untuk kayu dan papan kayu impor serta bea masuk 25 persen untuk lemari dapur, meja rias kamar mandi, dan furnitur berlapis kain impor, melanjutkan serangan tarifnya terhadap mitra dagang global.

Tarif akan mulai berlaku pada 14 Oktober, dan bertahap meningkat pada 1 Januari menjadi 30 persen untuk produk kayu berlapis kain, serta meningkat menjadi 50 persen untuk lemari dapur dan meja rias yang diimpor dari negara-negara yang gagal mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat.

Dari sentimen domestik, Asian Development Bank alias ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam laporan terbaru, dari 5 persen (proyeksi April) menjadi 4,9 persen (proyeksi September) pada 2025.

ADB menjelaskan perkembangan ketidakpastian perdagangan global mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia.

Tak hanya pada tahun ini, ADB juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5 persen pada 2026 atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,1 persen.

Sejalan dengan itu, ADB memangkas proyeksi inflasi di Indonesia dari 2 persen (proyeksi April) menjadi 1,7 persen (proyeksi September) pada 2025.

Sementara pada tahun depan, inflasi Indonesia tetap diramal di level 2 persen. Sebagai perbandingan, proyeksi pertumbuhan ekonomi ADB itu tidak seoptimal dari asumsi yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia.

Dalam APBN 2025, pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2 persen; sementara dalam APBN 2026, asumsi pertumbuhan ekonomi ditetapkan di level 5,4 persen.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah pada Perdagangan besok akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.660 - Rp16.710 per USD.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement