Pelaksanaan HMETD ini setara dengan dengan setoran PMN sebesar Rp2,48 triliun. Jadi porsi publik sebenarnya hanya 1,38 miliar saham atau setara dengan Rp1,65 triliun.
“Komitmen penuh pemerintah selaku pemegang saham pengendali dan standby buyer membuat rights issue ini semakin menarik untuk diikuti, apalagi harga sahamnya undervalued,” ujar Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilanus Nico Demus, Selasa (20/12/2022).
Menurut Maximilianus, selama harga saham induk berada di atas harga pelaksanaan, maka investor akan termotivasi untuk exercise rightsnya. Artinya, investor membeli saham baru di harga yang lebih rendah dari harga saham induknya yang sudah lebih dulu terdiskon.
“Selama ada selisih antara harga saham dan harga rights, investor akan mengapresiasi. Ini semacam kompensasi yang didapat investor,” tutur Maximilianus.
Saat ini harga saham BBTN tergolong undervalue karena price to book value (PBV) berada di kisaran 0,68x. Saham BBTN jauh lebih murah dibandingkan saham bank besar lainnya yang berada di atas 2x PBV. Contohnya BBCA di kisaran 5x, BBRI 2,5x, BMRI 2,18x, dan BBNI di 1,36x PBV.