sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dipimpin ARTO, Saham Bank Digital Kompak Menguat Sikapi Kenaikan Bunga The Fed

Market news editor Taufan Sukma/IDX Channel
02/02/2023 19:27 WIB
saham ARTO terpantau menguat sebesar 12,85 persen, dengan parkir di level harga Rp3.600 per saham.
Dipimpin ARTO, Saham Bank Digital Kompak Menguat Sikapi Kenaikan Bunga The Fed (foto: MNC Media)
Dipimpin ARTO, Saham Bank Digital Kompak Menguat Sikapi Kenaikan Bunga The Fed (foto: MNC Media)

IDXChannel – Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserves (The Fed) secara resmi kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps). Kebijakan tersebut seketika direspon oleh pelaku pasar dengan aksi rebound indeks Nasdaq hingga dua persen.

Sentimen positif ini turut diikuti oleh sebagian sektor saham di industri pasar modal nasional. Salah satunya kelompok saham bank digital, yang porsi penguatannya dipimpin oleh PT Bank Jago Tbk (ARTO). Tak hanya sendiri, PT Bank Aladin Syariah (BANK), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) dan PT Bank neo Commerce Tbk juga turut menguat di sepanjang perdagangan hari ini, Kamis (2/2/2023).

Di puncak daftar penguatan, saham ARTO terpantau menguat sebesar 12,85 persen, dengan parkir di level harga Rp3.600 per saham. Sedangkan di peringkat dua ada BBYB yang surplus 8,1 persen, disusul BBHI yang menguat sebesar 5,5 persen.

Tak hanya saham bank digital, deretan saham bank digital juga mengalami tren positif serupa. Harga saham GOTO, misalnya, terpantau melonjak hingga 9,73 persen, lebih baik disbanding saham BUKA yang menutup perdagangan dengan penguatan sebesar 6,38 persen.

Gubernur The Fed sendiri memastikan bahwa kebijakan kenaikan suku bunga acuan masih akan dijalankan, bahkan di tengah inflasi yang terus mengalami perlambatan. Sedangkan dari dalam negeri, 
Badan Pusat Statistik (BPS) juga baru saja melaporkan tingkat inflasi tahunan Indonesia yang mencapai 5,28 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,51 persen.

Bank Indonesia (BI) mulai melempar sinyal bahwa kenaikan suku bunga 25 bps pada Januari bisa menjadi kenaikan terakhir untuk tahun ini. Ke depan, BI diyakini masih akan menahan suku bunga tetap tinggi untuk memastikan inflasi tetap terkendali.
 
Sejauh ini tren kenaikan suku bunga dikhawatirkan bakal menggerus profitabilitas bank, terutama bank digital. Anggapan ini didasarkan pada fakta bahwa banyak dari para pemain bank digital yang menawarkan suku bunga simpanan yang cukup tinggi.

“Digital bank selama ini memang agresif untuk meraih funding sehingga menawarkan suku bunga yang menarik. Namun ketika suku bunga naik, ini bisa menjadi tantangan sekaligus problem, karena dapat meningkatkan cost of fund dan menekan NIM (net interest margin),” ujar Analis MNC Sekuritas, Tirta Citradi.

Menurut Tirta, perbankan yang memiliki struktur pendanaan sehat dengan porsi dana murah yang tinggi akan lebih diuntungkan dengan kondisi suku bunga yang melambung. Sejauh ini struktur dana murah bank-bank digital memang cenderung beragam.

Ada bank digital yang memiliki rasio dana murah di bawah 10 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). Hal ini terjadi pada Allo Bank (BBHI). Namun ada juga bank digital dengan rasio dana murah mencapai lebih dari 50 persen dari DPK, seperti pada Bank Jago (ARTO), dengan mengacu pada laporan keuangan bulanan November 2022.

Dana murah sendiri merupakan istilah untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari giro dan tabungan. Kelompok DPK ini disebut dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah jauh lebih rendah dibanding bunga deposito, yang notabene disebut sebagai dana mahal. Dana murah yang kemudian disebut sebgai CASA ini relatif lebih fleksibel untuk ditarik oleh nasabah kapan saja tidak seperti deposito. (TSA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement