IDXChannel - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS (USD) ditutup menguat pada akhir perdagangan Senin (20/10/2025). Mata uang Garuda naik 15 poin atau 0,09 persen ke level Rp16.575 per (USD).
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah salah satunya didukug sentimen eskternal di mana Presiden AS Donald Trump menyuarakan keraguannya atas perang dagang yang berkepanjangan dengan China.
Dia juga menyatakan bahwa perundingan mendatang dengan Beijing tetap berjalan sesuai rencana.
"Trump mengatakan dia memandang tarif tinggi terhadap China sebagai tidak berkelanjutan, dan bahwa dia akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan dalam dua minggu," kata Ibrahim dalam risetnya.
Secara terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga mengagendkan perundingan dengan para pejabat China minggu ini. Meningkatnya kekhawatiran terhadap perekonomian AS, di tengah penutupan pemerintah yang sedang berlangsung, serta spekulasi akan adanya penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve, mendorong potensi dolar kembali menguat.
Di sisi geopolitik, fokus juga tertuju pada upaya Washington untuk menengahi gencatan senjata Rusia-Ukraina, dengan Trump terlihat bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky selama akhir pekan. Laporan menyebutkan bahwa Trump mendesak Zelensky untuk menyerahkan wilayahnya kepada Moskow, dan juga menolak bantuan militer lebih lanjut untuk Kyiv.
Sementara itu para pejabat Federal Reserve menyampaikan informasi yang berlawanan. Alberto Musalem dari The Fed St. Louis mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan Oktober, tetapi tetap berkomitmen penuh untuk mencapai target inflasi 2 persen.
Sebelumnya, Gubernur The Fed Christopher Waller menggemakan komentar Mualem, sementara Neel Kashkari dari The Fed Minneapolis mengatakan bahwa ekonomi tidak melambat separah yang diperkirakan.
Dari sentimen domestik, pemerintah telah mengumumkan tambahan anggaran untuk program Bantuan Langsung Tunai Kesejahteraan Rakyat (BLT Kesra) senilai Rp30 triliun yang akan diberikan kepada 35 juta keluarga pada Oktober sampai Desember 2025.
BLT hari ini sudah didistribusikan dan diharapkan dapat menjaga daya beli masyarakat serta menstimulasi perekonomian.
Namun, kebijakan BLT tersebut dinilai belum akan berdampak signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan hanya memberikan dorongan jangka pendek.
Untuk memperkuat ekonomi secara berkelanjutan, pemerintah perlu memperbesar porsi kebijakan yang mendorong ekspor, investasi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
"Program yang mendorong ekspor dan investasi akan jauh lebih efektif untuk menumbuhkan ekonomi. Jangan lupa juga pentingnya investasi di bidang pendidikan, riset, dan pengembangan teknologi," kata dia.
Selain itu, peningkatan akses pendidikan gratis juga perlu diperluas agar Indonesia memiliki lebih banyak tenaga kerja terampil yang mampu mendukung produktivitas nasional, sehingga bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Selain itu, pelaku pasar juga menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dijadwalkan pada 22 Oktober 2025.Konsensus memperkirakan bank sentral akan menurunkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen," katanya.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.570 - Rp16.600 per USD.
(NIA DEVIYANA)