sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dolar Menguat usai Insiden Penembakan Trump

Market news editor Maulina Ulfa
15/07/2024 10:56 WIB
Indeks dolar menguat 0,11 persen di level 104,2 pada perdagangan Senin (15/7/2024) pasca insiden penembakan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dolar Menguat usai Insiden Penembakan Trump. (Foto: Unsplash)
Dolar Menguat usai Insiden Penembakan Trump. (Foto: Unsplash)

IDXChannel - Indeks dolar menguat 0,11 persen di level 104,2 pada perdagangan Senin (15/7/2024) pasca insiden penembakan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Indeks dolar sedikit rebound dari level terendah lima pekan karena investor mencari keamanan menyusul upaya pembunuhan terhadap Trump pada akhir pekan yang sedang melakukan kampanye politiknya. (Lihat grafik di bawah ini.)

Seiring kenaikan dolar AS, rupiah dibuka melemah 0,2 persen di level Rp16.164 per USD setelah sebelumnya menguat.

Dalam sepekan lalu, rupiah sudah menguat 0,58 persen terhadap USD dan semakin turun dari level Rp16.400 yang sempat dicapai pada Juni lalu.

Investor kini khawatir kekerasan politik lebih lanjut dapat memicu ketidakstabilan dan ketidakpastian pasar.

Di lain pihak, para analis berpendapat bahwa peristiwa tersebut meningkatkan peluang Trump untuk merebut kembali Gedung Putih pada pemilihan umum (pemilu) November mendatang.

Meski demikian, dolar melemah selama dua pekan berturut-turut karena menurunnya inflasi AS memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunganya.

Data pekan lalu menunjukkan bahwa inflasi konsumen AS melambat lebih dari perkiraan pada Juni, sementara pejabat The Fed mengisyaratkan kesiapan untuk menghentikan kenaikan suku bunga.

Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan lebih dari 90 persen penurunan suku bunga The Fed pada September, dan penurunan kedua akan terjadi sebelum akhir tahun.

Dolar menguat secara keseluruhan, namun para investor juga tetap waspada terhadap kemungkinan intervensi yen yang terjadi minggu lalu.

Pada sesi Kamis (11/7) lalu, yen melonjak sebanyak 2,6 persen menjadi 157,42 per dolar, dengan media lokal mengklaim langkah tersebut dipicu oleh pembelian resmi untuk mendukung mata uang tersebut setelah jatuh ke posisi terendah dalam 38 tahun.

Penguatan yen merugikan prospek keuntungan industri-industri Jepang yang bergantung pada ekspor dan menjadikan aset-aset Jepang lebih mahal bagi investor asing.

Nikkei Asia Review juga melaporkan bahwa BOJ melakukan pemeriksaan suku bunga dengan bank-bank pada pasangan euro-yen pada Jumat, meningkatkan kekhawatiran akan intervensi lebih lanjut.

Sementara itu, diplomat mata uang terkemuka Masato Kanda menolak untuk mengkonfirmasi apakah pemerintah mempunyai andil dalam kenaikan yen.

Investor juga menantikan pertemuan kebijakan BOJ pada akhir Juli yang diperkirakan akan mengumumkan rencana pengurangan pembelian obligasi dan kemungkinan menaikkan suku bunga lagi.

"Reaksi yen terhadap dua putaran terakhir dugaan intervensi sangat berbeda. Otoritas Jepang perlu menindaklanjuti dengan tindakan lebih lanjut seperti intervensi verbal yang tegas, atau lebih baik lagi, pengetatan pada pertemuan BOJ Juli," kata Charu Chanana, kepala strategi mata uang di Saxo.

Tokyo melakukan intervensi pada akhir April dan awal Mei, menghabiskan sekitar 9,8 triliun yen untuk mendukung mata uang tersebut. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement