"Pertimbangannya adalah menyesuaikan dengan kondisi usaha dalam rangka normalisasi post Covid-19 yang dibarengi dengan inflasi dan suku bunga tinggi, perang di beberapa negara serta gangguan supply chain," tutur Welly.
SRIL memiliki fasilitas produksi sebanyak 37 pabrik yang tersebar di beberapa lokasi di Jawa Tengah dengan Pabrik terbesar berada di Sukoharjo.
Welly sebelumnya menyebut, kondisi industri tekstil sangat sulit baik di pasar ekspor maupun nasional. Di luar negeri, permintaan produk tekstil turun akibat kondisi makro ekonomi dan geopolitik di samping biaya logistik yang membengkak.
"Masyarakat global lebih mengutamakan kepada kebutuhan pangan dan energi," katanya.
Welly juga menyinggung kondisi domestik yang tak kondusif. SRIL, kata dia, berencana fokus untuk menggarap pasar domestik di tengah lesunya ekspor. Namun, kegiatan impor pakaian ilegal marak terjadi sehingga harganya menjadi tidak kompetitif.