Kemudian, sebesar USD800 juta digunakan perseroan untuk menggarap proyek Chlor Alkali dan Ethylene Dichloride (CA-EDC), sebesar USD346 juta digunakan untuk pengembangan proyek geothermal untuk jangka waktu pengerjaan dari 2025 hingga 2030.
“Kami percaya kapasitas aset dan kekuatan ekosistem akan terus menjadi keunggulan yang memberikan daya tarik tersendiri,” ujar Pandu.
Sementara itu, pada 2024, BRPT menganggarkan capex sebesar USD650 juta atau setara Rp10,16 triliun. Anggaran tersebut digunakan untuk pengembangan sejumlah proyek yang digarap oleh PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan Chandra Asri Group.
Perihal kinerja, hingga paruh pertama tahun ini, perseroan membukukan pendapatan konsolidasi sebesar USD1,15 miliar. Angka itu turun 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh volatilitas yang sedang berlangsung di sektor petrokimia global dan Turnaround Maintenance (TAM) terjadwal di kompleks petrokimia BRPT.
Kemudian, di tengah tingginya volatilitas yang terus-menerus terjadi di pasar petrokimia global dan TAM, laba bersih setelah pajak BRPT pada paruh pertama 2024 turun sebesar 39 persen, menjadi USD50 juta dari USD82 juta pada tahun sebelumnya.
(Fiki Ariyanti)