Emiten Sandiaga Uno ini juga mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp3,6 triliun. Angka tersebut naik 208 yoy yang sebagian besar merupakan kenaikan nilai portofolio yang belum direalisasikan.
Michael mengungkapkan perseroan mulai memasuki tahun 2022 dengan sejumlah tantangan perekonomian yang beragam. Pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya tuntas hingga gejolak harga energi telah mendorong naiknya inflasi di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
"Sebagai perusahaan investasi aktif Saratoga terus mencermati situasi yang terjadi, mengingat tren kenaikan harga-harga kebutuhan pokok dan inflasi di dalam negeri juga terus meningkat," tuturnya.
Michael menambahkan prioritas utama perseroan saat ini berada di tingkat sumber daya perseroan, sejalan dengan langkah untuk menjaga rasio biaya operasional dan utang.
“Kami mencatatkan biaya operasional tahunan terhadap NAV sebesar 0,3 persen dan nilai pinjaman bersih sebesar 4,7 persen dari NAV,” ungkapnya.