Terlebih, ekspor bijih nikel sudah diterapkan meski ditentang World Trade Organization (WTO). Ini akan tetap menjadi katalis positif bagi Antam.
Beberapa produk yang diperkirakan harganya akan turun seperti feronikel, bijih nikel, perak, bauksit, dan alumina. Pelemahan ekonomi global yang bisa menurunkan permintaan di tahun depan.
Meskipun begitu, dalam kurun waktu tiga tahun (2022-2024) harga jual rata-rata komoditas ANTM mayoritas naik cukup signifikan.
Rata-rata harga jual secara secara CAGR tahun 2022-2024 untuk nikel adalah sebesar 6%, feronikel 16%, emas 1%, perak 16%, bauksit -3%, dan alumina 13%.
Antam diharapkan dapat memasok sekitar 30 juta ton nikel ore ke fasilitas pemrosesan alias smelter yang akan dibangun oleh CBL dan LGES.
Sejumlah analis hal tersebut menjadi positif karena ANTM akan berperan aktif dalam mengembangkan ekosistem baterai di Indonesia.
(FRI)