IDXChannel-Bahana Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel. Sekuritas pelat merah ini menargetkan harga saham MTEL bisa menembus Rp870 dalam setahun ke depan, mencerminkan potensi kenaikan sekitar 28% dari harga saat ini.
Analis Bahana Sekuritas Jason Chandra dan Tarra Laurentia menyatakan pihaknya menyukai Mitratel dibandingkan emiten sejenisnya karena dua faktor. Pertama, stabilitas keuangan karena komitmen pesanan dari Telkomsel sebagai perusahaan yang terafiliasi. Kedua, skala bisnis fiber optic yang terus meningkat akan menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan margin dalam jangka panjang.
"Menurut kami sangatlah penting untuk memantau perkembangan terkait pembentukan InfraCo dan apakah dapat menjadi katalisator yang signifikan," ujar Jason dalam risetnya yang terbit 27 September 2023.
Lebih rinci dia menjabarkan penggerak utama MTEL masih berupa penyewaan dengan target penambahan 5.500 penyewa pada 2023, atau tumbuh 11% secara year on year. Sebagian besar dari penambahan tenant ini berasal dari Telkomsel dengan skema build to suit. Dia melihat akan ada penambahan tenant dari XL Axiata (EXCL) yang terus memperluas jangkauan melalui sistem kolokasi.
"Sementara itu, tarif sewa tetap stabil, kemungkinan besar didukung oleh tambahan cakupan pekerjaan yang ditawarkan perusahaan," ujarnya.
Misalnya, tutur dia, Mitratel menyediakan cadangan baterai dan rectifiers yang menyuplai listrik ke menara di luar kontrak sewa awal. Hal ini menghasilkan tambahan sekitar 10% dari tarif sewa pada umumnya.
Dari bisnis fiber optic (FTTT), Bahana percaya bahwa bisnis ini dapat meningkatkan marjin EBITDA Mitratel setelah bisnisnya bertumbuh dalam skala besar. Mitratel berencana untuk lebih mengembangkan bisnis fiber optic dan bahkan terbuka untuk ekspansi anorganik.
"Saat ini, segmen FTTT memberikan kontribusi 2% terhadap pendapatan, dengan total panjang serat sebesar 27 km dan rasio pemanfaatan pada 1.1x," ujarnya.
Dia merinci, margin EBITDA pada satu penyewa umumnya diperkirakan mencapai 50-60%, dan dapat tumbuh hingga sekitar 70% setelah pemanfaatan mencapai 1,3x. Sejauh ini, 90% pesanan FTTT berasal dari Indosat, sedangkan sisanya dari XL Axiata. Sementara itu, fiber Telkomsel dilayani oleh induk usaha TLKM tanpa keterlibatan apa pun di tingkat MTEL.
Terlepas dari itu, tutur dia, Mitratel masih melihat pertumbuhan fiber masih panjang dan memperkirakan pasar hanya akan mencapai kematangan ketika tingkat fiberisasi jaringan seluler mencapai sekitar 90% dibandingkan 50-60% pada akhir semester I-2023. Mitratel memperkirakan hal ini akan memakan waktu kurang dari lima tahun, sehingga membenarkan sikap agresifnya saat ini dalam pengembangan fiber optic.
"Fiber adalah bisnis skala besar yang memiliki ruang minimal untuk persaingan pangsa pasar, sehingga menyiratkan adanya keunggulan sebagai penggerak pertama yang signifikan," ujarnya.
Bahana memproyeksi MTEL akan menutup 2023 dengan pendapatan menembus Rp8,95 triliun, dengan EBITDA Rp7,16 triliun. Adapun laba bersih 2023 diproyeksi menembus Rp2,14 triliun.