IDXChannel - PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY) tengah fokus dalam memperkuat kinerja bisnisnya di sepanjang 2023 ini.
Karenanya, perusahaan teknologi itu mengaku tak ragu untuk memasang target pertumbuhan laba bersih bersih hingga dua kali lipat sampai akhir tahun nanti.
"Di tahun ini ekspektasinya pertumbuhan (laba bersih) kami bisa sampai dua kali lipat dari apa yang sudah tercapai di 2022 lalu," ujar Direktur VTNY, Damar Raditya, dalam Public Expose perusahaan, Selasa (6/6).
Public Expose tersebut dilaksanakan usai perusahaan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada hari yang sama.
Dalam RUPS tersebut, diungkapkan bahwa VTNY di sepanjang tahun lalu sukses meraup laba bersih sebesar Rp1,24 miliar hingga akhir tahun, atau tumbuh tipis sebesar 3,39 persen dari realisasi laba di 2021 yang masih sebesar Rp1,2 miliar.
Dengan berkaca pada perolehan laba tahun lalu tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa VTNY tengah mengincar raihan laba bersih minimal sebesar Rp2,48 miliar pada tahun ini.
Besaran target yang telah dicanangkan tersebut, menurut Damar, dirasa cukup realistis untuk diwujudkan, mengingat pada tahun ini perusahaan tengah fokus dalam memperkuat kinerjanya.
Bahkan dengan alasan fokus tersebut, VTNY secara resmi memutuskan tidak membagikan dividen pada pemegang saham untuk tahun buku 2022 lalu.
Keputusan tersebut telah disepakati dan mendapat restu dari pemegang saham dalam RUPS, di mana laba bersih 2022 bakal lebih digunakan untuk memperkuat kinerja perusahaan.
Dalam RUPS, disepakati bahwa dari Rp1,24 miliar laba bersih yang dikantongi, sebesar Rp500 juta bakal dialokasikan sebagai dana cadangan (reverse fund).
"Tahun ini kami punya kewajiban untuk reverse fund, sehingga kami alokasikan Rp500 juta (dari laba bersih) untuk itu. Sisanya sekitar Rp700-an juta lagi untuk keperluan modal kerja," tutur Damar.
Sebagai perusahaan yang sedang bertumbuh, Damar menjelaskan, pihak pemegang saham VTNY sangat memahami dan tidak menuntut adanya pembagian dividen di setiap tahunnya.
Alih-alih dibagikan sebagai dividen, realisasi laba bersih dinilai lebih dibutuhkan untuk memperkuat fundamental keuangan perusahaan, sehingga dapat bertumbuh secara lebih maksimal di masa mendatang.
"Para pemegang saham tidak menuntut (adanya pembagian dividen), dan malah lebih berharap agar bisnis kita bisa lebih berkembang lagi ke depannya," tegas Damar. (TSA)