Produksi akuakultur hasil proyek ini diproyeksikan mencapai 3.000 hingga 5.000 ton dengan kualitas premium yang akan difokuskan untuk pemenuhan permintaan pasar Eropa dan Amerika.
Widya juga menegaskan langkah ini perlu ditempuh untuk meningkatkan hasil produksi. Menurutnya, tanpa implementasi akuakultur jumlah produksi perikanan akan stagnan sehingga tidak dapat mengimbangi peningkatan permintaan pangan yang diprediksi mencapai 70% di tahun 2030 mendatang.
Di samping itu, penerapan teknologi akuakultur di Indonesia juga dapat mengatasi masalah kualitas komoditas perikanan yang kurang baik. Dalam pernyataannya, Widya menjelaskan bahwa Indonesia adalah produsen terbesar ke-4 penghasil udang vaname, sayangnya kualitasnya dinilai masih kurang baik.
"Dengan adanya penerapan Recirculating Aquaculture System (RAS) di dalam kolam dengan kontrol kebersihan air yang selalu dijaga, komoditas perikanan yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan sehat. Bila teknologi ini berhasil diimplementasikan, kami optimis Indonesia dapat menjadi penghasil ikan baramundi atau asian salmon berkualitas premium," tegas Widya. (TSA)