Targetnya, 70 persen lahan akan direklamasi hingga tahun 2025. Dalam mengejar target tersebut, INCO mengedepankan perencanaan terpadu pertambangan, mulai membuka tambang sampai menutup tambang di waktu yang sama.
"Jika Anda semua berkesempatan ke lokasi tambang kami, bisa dilihat langsung bahwa aktivitas penambangan dan reklamasi bisa berjalan beriringan, tanpa menunggu area pertambang tutup," tutur Febrianty.
Sedangkan secara garis besar, menurut Febrianty, upaya penerapan isu lingkungan, sosial, tata kelola (environmental, social, governance/ESG) di lingkup operasional INCO terfokuskan pada tiga isu utama, yaitu deforestrasi, emisi karbon, dan keaneragaman hayati (biodiversity).
"Tiga isu tersebut penting dan menjadi tantangan kami, karena area operasional perusahaan yang berada di wilayah yang kaya keaneragaman hayati dan garis Wallace," ungkap Febrianty.
Febrianty menjelaskan, isu keberlanjutan bagi INCO bukan hanya sebagai program atau inisiatif, melainkan sudah menjadi bagian penting dari kinerja perusahaan.