Lebih lanjut, Irfan menjelaskan laba yang berhasil dikantongi oleh Garuda pada 2022 merupakan bagian dari upaya restrukturisasi keuangan. “Itu kan mayoritas pembalikan utang, tadinya utangnya besar jadi berkurang, di akuntansi harus dideklarasikan sebagai keuntungan,” ujarnya.
Jika menelisik laporan keuangan, lonjakan laba bersih GIAA yang cukup besar pada 2022 itu memang mayoritas berasal dari restrukturisasi. Keuntungan dari restrukturisasi pembayaran mencapai USD1,38 miliar dan pendapatan dari restrukturisasi utang mencapai USD2,85 miliar.
Adapun Garuda berupaya memperbaiki kinerja keuangan dengan berbagai cara. Termasuk melaksanakan right issue, obligasi wajib konversi, dan private placement. Total dana dari aksi korporasi itu mencapai Rp17,6 triliun.
Dari dana tersebut, sebanyak Rp7,5 triliun merupakan suntikan dana dari pemerintah berupa Penambahan Modal Negara (PMN). Dengan proses restrukturisasi tersebut, Garuda berhasil memperbaiki kinerja keuangannya.
Penulis : Anabela Callista Zahwa
(FRI)