IDXChannel – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berencana menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada akhir Mei 2023. Hal itu pun memunculkan tanda tanya mungkinkah emiten dengan kode GIAA itu membagikan dividen tahun buku 2022?
Sebab, Garuda berhasil memperbaiki kinerja keuangannya pada tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan, Garuda berhasil membalikkan rugi menjadi laba bersih sebesar USD3,73 miliar atau sekitar Rp55 miliar pada 2022.
Sementara itu, pada 2021, perseroan membukukan rugi bersih sebesar USD4,15 miliar atau setara Rp61 triliun (kurs Rp14.712).
Adapun, pendapatan usaha GIAA sepanjang 2022 mencapai USD2,1 miliar atau sekitar Rp30 trilun. Nilai tersebut naik 57,18% dari tahun sebelumnya sebesar USD1,33 miliar atau setara Rp19,56 triliun.
Mayoritas pendapatan berasal dari penerbangan berjadwal sebesar USD1,68 miliar. Ditambah dari penerbangan tidak berjadwal sebesar USD174,81 juta dan lainnya sebesar USD235,29 juta.
Meski begitu, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengaku belum ada pembicaraan terkait deviden dengan pemegang saham utama. “Memang belum ada pembicaraan soal itu dan kita enggak mau jumawa, kita masih nunggu dari pemegang saham maunya seperti apa”, tutur Irfan kepada IDX Channel saat ditemui di Gedung INews, Jakarta, Kamis (13/4/2023).
Lebih lanjut, Irfan menjelaskan laba yang berhasil dikantongi oleh Garuda pada 2022 merupakan bagian dari upaya restrukturisasi keuangan. “Itu kan mayoritas pembalikan utang, tadinya utangnya besar jadi berkurang, di akuntansi harus dideklarasikan sebagai keuntungan,” ujarnya.
Jika menelisik laporan keuangan, lonjakan laba bersih GIAA yang cukup besar pada 2022 itu memang mayoritas berasal dari restrukturisasi. Keuntungan dari restrukturisasi pembayaran mencapai USD1,38 miliar dan pendapatan dari restrukturisasi utang mencapai USD2,85 miliar.
Adapun Garuda berupaya memperbaiki kinerja keuangan dengan berbagai cara. Termasuk melaksanakan right issue, obligasi wajib konversi, dan private placement. Total dana dari aksi korporasi itu mencapai Rp17,6 triliun.
Dari dana tersebut, sebanyak Rp7,5 triliun merupakan suntikan dana dari pemerintah berupa Penambahan Modal Negara (PMN). Dengan proses restrukturisasi tersebut, Garuda berhasil memperbaiki kinerja keuangannya.
Penulis : Anabela Callista Zahwa
(FRI)